Babad Arya Kenceng Tegehkuri bag 3

Om Swastyastu,

Semeton sami pencinta Babad, marilah kita lanjutkan kisah dari Babad Arya Kenceng Tegeh Kori. Kembali kami tekankan, penulisan kisah ini dimaksudkan untuk menjadikan bahan pelajaran, motivasi bagi keluarga kami, dan menjadikan panutan dalam melangkah. Apabila ada yang tidak sesuai dengan harapan para pembaca, mohon dimaafkan seperti diketahui penulisan babad umumnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Apabila ada para pembaca yang budiman memiliki data yang lebih akurat, kisah yang lebih lengkap mohon sudikiranya berbagi, tentu saja kritik dan saran dari para pemirsa yang bersifat konstruktif akan kami terima dengan senang hati.

Di dalam prasasti Dalem Bali ada tersirat ucapan “Tegehkuri Arya Kenceng Pwasira”

Pura Dalam Benculuk Tegeh Kori

Pura Dalem Benculuk Tegeh Kori

Rare Arya Kenceng kemudian tumbuh menjadi ksatria perjaka yang tampan, bagus cerdas dan berwibawa, menjadi idaman para putra dan putri dan disegani kaula dan rakyat serta perjaka putri sesama ningrat. Arya Tegeh Kori tumbuh menjadi ksatria perkasa. Kehidupannya sehari-hari bersama saudara angkatnya (Sira Arya Ngurah Tabanan) adalah sangat akrab dan saling penuh pengertian dalam segala sesuatu selaku putra raja terhadap orang tua, abdi dalem dan para kaula serta rakyatnya.

Namun lambat laun rupanya hukum alam tidak dapat dikekang (Dibendung). Segala-galanya di maya pada ini mengalami perubahan kecuali perubahan itu sendiri. Lambat laun keakraban persaudaraanpun mulai berubah (renggang) sampai pada suatu saat mereka tiba pada titik puncak pertikaian (klimaks) detik-detik kritis sampai pada batas yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa.

Mega mendung selisih pandangan mulai timbul setelah bertahun-tahun pada batas saling kasih mengasihi satu sama lain akhirnya datang juga saat saling mencurigai. Yaitu antara Sira Arya Tabanan dan Arya Tegehkuri timbul perselisihan pandangan dan pendapat yang berpangkal pada pencindraan (cemburu).

Prasangka lebih-lebih menuduh. Rwa bhineda tan dados pasahang. Selisih pendapat tak dapat dihindari. Sira Ngurah Tabanan menuduh bahwa Perjaka Arya Kenceng Tegehkuri menaruh hati pada istri Sira Ngurah Tabanan. Berdasarkan pada rasa cemburu buta dan tuduhan sepihak ini Sira Ngurah Tabanan membunuh istrinya sendiri.

Arya Kenceng Tegehkuri merasa sangat malu, dan memahami keadaan yang sebenarnya. Toleransi dalam dirinya yang tinggi mendorong Beliau kemudian mengalah serta mencari jalan untuk berlalu (pergi) dari wilayah Tabanan, dari pada bercokol dicurigai dengan tuduhan-tuduhan yang mencemarkan (merugikan) nama baik dan martabat (beliau masih punya harga diri). Akhirnya Beliau bertekad meninggalkan Kerajaan Tabanan.

Pada malam yang pekat Beliau meninggalkan desa Buahan dari wilayah Tabanan mengikuti gerak kakinya (ngurang-ngurang lampah) dengan tujuan yang belum dapat ditentukan arah dan akhirnya Beliau pergi seorang diri saja. Mula-mula menuju kearah utara sampai di danau Beratan, kemudian dari daratan ini menuju kearah Timur berpedoman pada gunung-gunung yang menjulang jauh di depannya, yaitu gunung Batur, gunung Abang, dan gunung Agung.

Akhirnya sampailah Beliau di daratan daerah Kintamani. Dari sini Beliau melanjutkan perjalanannya ketepi arah timur dataran tersebut. Sampailah Beliau di tepian Ulun Danau Batur, kurang lebih sekitar dataran daerah Songan sekarang. Disanalah kemudian Beliau mencari tempat untuk bertapa semadi. Tidak berapa lama Beliau menunaikan tapa samadinya maka bertemulah dalam Samadhi Beliau dengan Hyang Dewi Danu.

Bersabdalah Betari: “ Cucuku Tegehkuri, tapa samadhimu dasyat (tan obah). Tapa samadhimu aku terima dan mengerti tujuanmu. “Nah lihat itu (Bhatari menunjukkan ke arah barat laut). Lihat ada titik hitam (Ton-Ja-Ya Badung). Penguasa di tempat itu Pasek Bendesa namanya. Ki bendesa memerintah di sana secara bersama dengan para saudara-saudaranya Pasek Gaduh, Pasek Dangka,  Pasek Kabayan, Pasek Ngukuhin, Pasek Salahin dan Pasek Tangkas. Mereka tidak punya raja. Mereka ingin punya raja yang bisa memimpin mereka bersama. Kini mereka sedang ada karya (upacara) di parahyanganannya, medewayadnya. Hyang akan memberikan cucuku sebuah anugrah bertuah. Inilah dia! Betari menunjukkan sebuah cupu berupa Slepa tempat kapur kinangan selepa dari  perunggu yang kuning berkilat seperti emas,bawalah dia”  Sabda Bethari, “ Ia ini adalah sebuah jimat yang bisa membikin dirimu tampak sangat kecil, teramat kecil bisa masuk ke dalam cupu selepa ini, ke dalam cupu manik ini. Setibanya cucu di desa Tonja, turunkan cupu ini di atas pintu kori sanggah I Bendesa tempat mereka beryadnya itu. Kemudian masuklah cucuku ke dalam selepa itu. Di sana cucuku akan dikagumi dan dihormati. Cucuku akan diangkat menjadi raja mereka. Mereka belum punya pemimpin (Raja). Berangkatlah cucuku sekarang juga!”. Kemudian gaiblah Bethari (Menghilang seketika).

Setelah Sira Arya sadar dari samadhinya,  Beliau membersihkan diri dan memeriksa di kanan-kirinya tempat bersemadhi tadi. Nampak cupu manik pemberian Bethari. Beliau kemudian segera berangkat mengikuti petunjuk Bethari. Pada malam harinya tibalah beliau di desa Tonja. Beliau segera naik di atas pintu sanggah I Pasek Bendesa. Karena sudah jauh malam tempat persembahyangan itu telah sepi “suwung” ditinggal istirahat tidur oleh keluarga I Bendesa dan semua sanak keluarganya. Sira Arya Kenceng Tegehkuri mengeluarkan cupunya. Beliau menaruh cupu itu di atas pintu kori pemedalan parahyangan, sesuai dengan petunjuk Bethari, akhirnya Beliau memuja dan menguncarkan mantra sehingga Beliau kemudian menjadi kecil dan masuk ke dalam cupu selepa sesuai dengan petunjuk Bethari di danau Batur. Segala sesuatu berjalan dengan lancar sesuai petunjuk Bethari. Sira Arya menjadi kecil dan tutup cupu terbuka dan Sira Arya masuk ke dalamnya dengan baik.

Pada keesokan harinya, sejak pagi I Bendesa sudah mulai sibuk dengan tugas keluar masuk melakukan kegiatan upacara di pemedalan sanggahnya. Akibat sinar matahari tiba-tiba selepa itu Nampak bercahaya dilihat bersinar ngencorong oleh I Bendesa. I bendesa terkejut melihat dan menyaksikan kejadian itu perasaan takut ini berangsur-angsur dirasakan menjadi rasa bersyukur kehadapan sesuhunannya karena yang diduga adalah apa yang dilihat itu adalah sesuatu wahyu akibat aturan upacara yang dia laksanakan. Sebelum dia naik mengambil selepa itu, selepa bercahaya itu disembah berulang-ulang. Perlahan-lahan dia menghampiri di damping oleh sanak keluarganya, naik mengambil dan menurunkan cupu itu dari atas pintu kori. Dengan tangan yang gemetaran ia membuka pelan-pelan cupu itu dan mulai melihat adanya bayangan kecil berupa manusia Nampak di dalam cupu tersebut. Bayangan kecil itu lambat laun bergerak menjadi wujud kecil seorang manusia biasa. I pasek Bendesa dan kerabatnya sangat kagum dan heran menyaksikan kejadian yang ajaib diluar kebiasaan dan dugaan ini. Setelah cupu itu terbuka seluruhnya, maka melompatlah manusia kecil itu keluar dari dalam cupu. Setibanya diatas pertiwi segera (secepat) itu pula Sira Arya Kenceng Tegehkuri kembali ke dalam wujud ukuran manusia kembali seperti semula. Berdirilah beliau dihadapan I Bendesa dan para saudara-saudaranya seorang yang sangat tampan, bagus tanpa bandingan dan tampak angker berwibawa yang sebenarnya belum pernah mereka lihat. Mereka semua melongo kagum, segan, takut dantidak tahu apa yang harus mereka lakukan menghadapi manusia luar biasa itu.

Mereka semua menduga, segala kejadian itu ada hubungannya dengan upacara yang mereka lakukan. Mereka menduga bahwa inilah Betara sesuhunannya datang dalam bentuk visual nyelegodog di depan mereka. Seperti dikomando mereka semua serempak menjatuhkan diri duduk bersila atau bersimpuh menyembah. I Bendesa berkata dengan bhakti setulus hatinya, “Singgih Bethara sesuhunan Titiang yang Maha Agung, kaula sinamian nunas lugraha pengampura ring sor buk padan pakulun saha ngaturang pengaksama ping banget pisan (sembah sujud kepada yang mulia).

Sira Arya Kenceng Tegehkuri samasekali tidak menduga akan menyaksikan kejadian sebagai yang beliau lihat dihadapannya. Melihat kejadian ini I Bendesa dan para sanak keluarganya dan pengikutnya sangat panic, takut dan tambah lama semakin bertambah gemetar. I bendesa bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Mengingat bahwa ia sedang berada di sanggah sedang melaksanakan upacara terhadap sesuhunannya tetap beranggapan bahwa orang yang mereka hadapi sekarang adalah Betara sesuhunannya nyelegodog datang. Ia berulang-ulang lagi menyembah pada Sira Arya Kenceng Tegehkuri sepuas-puasnya.

Setelah sepuasnya I menyembah barulah kemudian I Bendesa bertanya; “ Siapa Betara sesuhunan titiang puniki….? Yang tiang hadapi saat ini. Sira Arya Kenceng  Tegehkuri menjawab dengan tenang sesuai dengan panggilan jiwanya selaku ksatria. Beliau meminta agar I bendesa menenangkan diri  dan diberi keyakinan bahwa ia sedang berhadapan dengan manusia biasa. Secara kesatria dengan setulus-tulusnya Beliau Sira Arya Kenceng Tegehkuri menceritakan riwayat hidupnya dari semula lahir dan kelahirannya sampai ia tiba di tempat I Pasek Bendesa. Mendengar cerita Beliau, I Bendesa menjadi tambah kagum serta sangat memilukan hatinya dan menambah membuat I Bendesa dan para sanak saudaranya bertambah hormat, karena :

Pertama yang dihadapi oleh I Bendesa ini adalah Putra Dalem dan Seseorang yang dikasihi oleh Bethari Gunung Batur maupun Bethara di Gunung Agung.

Kedua I Bendesa menghadapi seorang kesatria yang sakti mandraguna yang telah ia saksikan tadi kebolehannya.

Ketiga, Sira Arya Tegehkuri dianggap seorang kesatria yang teguh memegang sesana, jujur dan tulus ikhlas. Akhir kata karena pada ksatria Sira Arya Kenceng Tegehkuri adalah seorang yang tidak terdapat hal-hal yang meragukan pikiran I Bendesa serta para saudara-saudaranya, maupun pengikutnya maka I Bendesa mohon supaya tamunya yang Agung suka menetap di Tonja. Permohonan I Pasek Bendesa beserta saudara-saudaranya tidak ditolah oleh Sira Arya Tegehkuri. Ini adalah sudah sejalan dengan petunjuk Ida Bethari Ulun Danu di danau Batur Bhatari Danuh.

Sementara I Pasek Bendesa meneruskan upacara medewayadnya di sanggahnya, maka untuk sementara bagi tamu yang diagungkan Sira Arya Tegehkuri, dibuatkan pesanggrahan sementara yang khusus dan cukup lengkap dengan pengayah layaknya sebagi penempatan tamu Agung, disamping meneruskan upacara yadnyanya di merajan.

Setelah selesai upacara besar medewayadnya di mrajan I Bendesa, maka segera dane I Pasek Bendesa mengundang peparumah Agung membicarakan serta mendudukan Sira Arya Kenceng Tegehkuri dinobatkan menjadi Raja pelindung mereka. Sesuai dengan petunjuk Betari Danu di Gunung Batur, rakyat Tonjaya memang sejak lama mencari raja yang dapat melindungi rakyat mereka bersama. Tibanya Sira Arya Tegehkuri dianggap sebagai anugrah karunia Hyang Widhi berkat upacara Agung di sanggah paibon I Pasek Bendesa dengan dukungan para saudara-saudaranya beserta pemuka masyarakat Tonjay dan masyarakat seluruhnya, segera dipermaklumkan kehadapan Sri Aji Dalem Samprangan. Baginda Dalem sangat berkenan dengan permohonan Pasek Bendesa dan dalam waktu singkat Sira Arya Kenceng Tegehkuri dilantik menjadi Prabu di Negara Badung berkedudukan di Behaculuk (Benculuk).

Setelah mendapat persetujuan Sri Aji Dalem maka kini rakyat melaksanakan kebulatan tekad mendirikan puri bagi raja lengkap dengan parahyangannya. Tempat yang ditetapkan menjadi istana adalah ulun Desa Tonjaya sendiri dipinggir sungai Ayung. Begitulah dalam waktu yang singkat berdirilah sebuah istana yang megah memenuhi persyaratan puri. Sebagai telah ditetapkan dengan persetujuan Dalem, mengingat bahwa Arya Kenceng Tegehkuri adalah putra Dalem. Segala sesuatu tidak boleh melempas dari ketetapan Dalem harus memenuhi persyaratan Puri Majapahit, begitu juga Puri untuk Sira Arya Kenceng Tegehkuri diharuskan memenuhi persyaratan itu juga.

Setelah Puri selesai dibangun, bersemayamlah Beliau di Puri itu. Ibukota kerajaan disebut Behaculuk (Bonculuk), mengingatkan tempat asal Sira Arya Kenceng Tegehkuri diasuh dibesarkan (Benculuk =Buahan = Jambe =Purangan). Baginda bergelar Sira Arya Tegehkuri, gelar yang diberikan oleh baginda Raja Dalem pad waktu menyerahkan Putra Dalem kepada sang ayah angkat Sira Arya Kenceng.

Setelah dan sesudah baginda bersemayam dalam puri Baginda serta bertahta menghadapi persoalan kenegaraan, maka perhatian Beliau mulailah pada persoalan kenegaraan dan tidak ketinggalan pula tentang kerohanian (agama) Negara dan rakyat. Baginda memerintahkan pemugaran-pemugaran kahyangan yang lama, membangun kahyangan yang baru demi kesejahteraan dan ketentraman masyarakat. Setelah itu bertumbuhlah pembangunan pura-pura kawitan rakyat termasuk juga pembangunan pura kawitan leluhur baginda Sira Arya Kenceng Tegehkuri. Di samping membangun pura kawitan, Baginda memerintahkan membangun dua pura besar lagi termasuk kawitan Baginda di dalamnya, untuk pemujaan kepada Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Bethara tertinggi di gunung Toh Langkir (Agung), dan sebuah pemujaan untuk Bethari di Gunung Batur, tempat Beliau mendapatkan panugrahan. Begitulah Baginda mendirikan pura kawitan dan pemujaan Betara Toh Langkir, terletak di timur laut puri di pinggir sungai Ayung.

Diceritakan kemudian Beliau adalan seorang prabu yang sangat bijak, penuh prakarsa menghadapi masa depan kerajaan….. (bagaimanakah kisah selanjutnya….? Tunggu serial berikutnya…)

~ oleh made24 pada Juni 17, 2010.

61 Tanggapan to “Babad Arya Kenceng Tegehkuri bag 3”

  1. kalau berbicara masalah babad ( sejarah )Arya Kenceng tentu tidak lepas dari yang namanya prasati dan purana yang masih tersimpan di puri-puri peninggalan beliau. yang saya pertanyakan adalah:
    1. Kenapa pada prasasti dan purana di puri terehan arya kenceng tidak ada mencantumkan Arya Kenceng Tegeh Kori membangun istana di benculuk? tetapi di purana dan prasasti beliau membangun istana di Tegal.
    2.dimanakah moncol puri arya kenceng tegeh kori pada versi anda?
    3.Kenapa anda memakai nama Pasemetonan Nararya dalem benculuk ? klo memakai nama benculuk tentu tidak lepas adri kisah Arya Benculuk.
    suksma

    • Om Swastyastu,

      Suksma Bapak Gung Wah..
      Seperti yang tiang tuliskan sebelumnya. Apa yang dituliskan disini adalah yang sesuai dengan Babad Kami. Seperti yang Anda ketahui pula bahwa penulisan Babad ataupun sejarah banyak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi si penulisnya. Jadi bisa saja di Babad Andapun ada yang tidak dituliskan.

      Sebagai contoh tentang kisah Maharsi Dharma Kirthi (Dari Sriwijaya/ Svarna Dwipa / Pulau Sumatra) yang telah mengajarkan ajaran Bodhi Citta hingga ke India, ke Tibet. Tidak tercatat di sejarah Indonesia malah tercatat di Sejarah Tibet.

      Demikian pula kisah kerajaan-kerajaan di Indonesia, sebagian kita dapatkan dari Belanda, dari Cina (kisah perjalanan I-Tsing), dll.

      Jadi Pak Gung Wah, bila Anda ingin mendapatkan informasi yang lengkap Anda harus terbuka dari sumber luar. Tapi kalo Andapun bertahan dengan sumber Anda itu juga sah-sah saja.

      Untuk pertanyaan yang kedua, Letak Hulu kerajaan yang dibangun di Tonja (Puri Tonjaya) tahun 1379 M. Pada usia Beliau 20 tahun. Tegehkuri Dinasti II membangus Istana yang kedua dibangun di wilayah Badung dengan nama Puri Satria (Karena beliau adalah keturunan Ksatria).

      Pertanyaan ketiga: Arya Dalem Tegehkuri dikenal juga dengan nama Dalem Benculuk, karena Beliau menjadi putra angkat dari Arya Kenceng (kenceng = suluk).

      Demikian penjelasan dari Saya Bapak Gung Wah..

      Ditunggu terbitan Babad Versi Gung Wah…

      Suksma

      Santih

      Made M./Abu Dhabi

      • Om Swastyastu
        Pada situs http://stitidharma.org/babad-arya-tegeh-kuri/#more-351, ada komentar sbb :
        A. A. B. Palguna says:
        July 6, 2010 at 18:24

        Ini berarti bahwa Arya Kenceng Tegeh Kuri (AKTK) yang tertulis di atas tidak sama dengan Kyayi Ngurah Tegeh yang disebut juga dengan Arye Tegeh Kori (bukan Kuri) yang purinya si sebelah selatan Setra Badung (posisi kira2 di sebelah selatan Griye Tegal sekarang)? Suksma Ida Begawan.
        A. A. B. Palguna says:
        July 12, 2010 at 18:50
        Saya memperoleh suatu kutipan tentang TEGEH KURI sbb:
        Arya Benculuk datang ke Bali, beristrikan wanita dari dewa Tangkas, lalu putranya bernama Arya Tangkas, Arya Tangkas inilah yg mendirikan Puri Benculuk (di Tonja sekarang), dan beliau inilah yg menerima Arya Tegeh Kuri itu. Puri Benculuk itu musnah karena gempuran dari Jambe Merik, dan untuk membendungnya maka dirikan Puri Pemayun di Kesiman. Jadi, Arya Tegeh Kuri memang berbeda dengan Arha Tegeh yg kemudian dijuluki ARYA TEGEH KORI (purinya dulu purinya di daerah Tegal sekarang).

      • Om Swastyastu,

        Suksma telah berbagi, semoga informasi tentang masa lalu mampu memberikan kita pelajaran yang bermakna untuk meningkatkan diri, meningkatkan prestasi, meningkatkan pelayanan pada umat manusia….

        Santih
        Made M.

  2. Sungguh Cerita babad yang sungguh menarik untuk di cermati dan bisa jadi akan menjadi bahan perdebatan yang tiada putus2nya.Tidak mengurangi hormat saya kepada leluhur ataupun sumber2 yang dipakai dalam penulisan cerita babad diatas, Hendaknya penulis lebih berhati2 mempublikasikan sebuah cerita Babad agar supaya tidak menimbulkan sinisme dari pihak2 yang merasa secara tidak langsung terkait dengan cerita babad yang penulis paparkan diatas.

    Dalam hal ini mungkin saya sepaham gengan saudara gung wah, alangkan eloknya jikalau kita merasa keturuna Arya Kenceng, dan Mencantumkan nama Arya Kenceng didalamnya, Hendaknya penulis juga melakukan sedikit kajian berdasarkan dengan purana2 ataupun babad yang di simpan oleh puri ataupun jero yang merupakan keturunan langsung dari Bhatara Arya kenceng, dan dapat dipertanggung jawabkan secara sekala dan niskala.

    Mohon maaf sebelumnya mungkin saya bisa informasikan, di Tabanan dan beberapa disimpan di gedung Kertya Singaraja, Terdapat 13 Babad yang menuliskan kisah Turunnya Arya Kenceng Di kapucangan Buwahan, sampai menurunkan Para Arya Di Bandana secara utuh. Hal ini di kuatkan dengan Pengesahan Babad Para Arya Tabanan yang di sahkan oleh Bethara Cokorda Ngurah Gede, Raja Tabanan XXIII pada tahun 1974. Pada waktu itu Dari 13 Sumber babad yang ada disimpulkan bahwa 9 babad di pakai sebagai sumber utuh, sedangkan 4 sisanya dinilai sangat banyak mengandung subjectivitas di dalamnya.

    Sebagai sesama pemerhati dan pecinta warisan leluhur yang bernama BABAD, Saya mengucapkan selamat kepada penulis yang sudah berani secara gamlang menceritakan kemuliaan perjalanan sejarah dari leluhur penulis.

    Secara tidak langsung banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan, untuk memperkaya penetahuan saya tentang babad dan kisah kemuliaan serta keprawiran dari pendahulu kita.

    Suksma Bli Made.

    N.A

    • Om Swatyastu,

      Inggih suksma mewali Pak Natha Ambara, telah mampir di Blog kami.
      Semoga kita semua mampu mengambil pelajaran penting dan nilai-nilai luhur dari kisah di masa lalu.

      Titiang tidak membahas silsilah Arya Kenceng, disini titiang membahas silsilah I Gusti Tegehkuri, oleh karenanya tiang menggunakan sumber-sumber dari Babad-babad di keluarga Besar Kami (I Gusti Tegehkuri)

      Tentang Babad Arya Kenceng mungkin semeton Pak Natha Ambara dan Gung Wah bisa berbagi sehingga kita sebagai generasi muda bisa mendapatkan pelajaran yang bermakna.
      Sehingga kita mampu meniti kehidupan mendatang dengan sukses…

      Salam
      Made Mariana

  3. ARYA BENCULUK
    (Kisah ini sering diceriterakan di dalam pementasan Topeng)
    Salah satu arya yang ikut ke Bali, ketika Majapahit menyerang pulau Bali pada tahun 1343 M yang dipimpin oleh Patih Gajah Mada yang ketika itu di Bali dengan rajanya Gajah Wahana (Tapohulung) yang bergelar Sri Antasura Ratnabumi Banten, beliau adalah Arya Benculuk yang pada akhirnya ditempatkan di Desa Tangkas Klungkung oleh Patih Gajah Mada bersama dengan Arya Kanuruhan. Arya Benculuk memiliki seorang putra yang bernama Kyai Tangkas, beliaulah yang akhirnya berpindah ke Desa Tonja Badung dengan membuat puri yang indah.

    Pada suatu ketika, Dalem Ketut Ngelesir (Sri Semara Kepakisan) punya masalah dengan Abdi nya yang bernama I Lokong Jaya yang bertempat tinggal di Desa Kaliungu, Dalem akhirnya mengutus Abdi tersebut untuk membawa surat kepada Kyai Tangkas yaitu putra dari Arya Benculuk yang tinggal di Desa Tonja dengan pangkat Demung. Dalam perjalanan Abdi tersebut bertemu dengan Raja Penataran yang akhirnya bertanya kepada Abdi tersebut “hendak kemana dan apa yang dibawa”, Abdi tersebut menjawab “hamba membawa surat yang tidak diperkenankan membuka oleh Dalem”, namun raja tersebut memintanya, ketika sudah tahu isinya bahwa surat tersebut berbunyi “bunuhlah orang yang menyerahkan surat ini”, maka raja tersebut kembali menyerahkan kepada Abdi Dalem supaya dilanjutkan perjalanannya menuju Desa Tonja, namun raja tersebut memberikan dua ekor ayam hendak dibawa serta, setelah sampai di Desa Tonja Abdi tersebut bertemu dengan I Gusti Bagus Anom yang merupakan putra dari Kyai Tangkas, di sana pulalah I Gusti Bagus Anom menanyakan ayam yang dibawa hendak diberikan kepada siapa, di sana Abdi tersebut mengatakan ayam tersebut untuk Tuanku, mulailah I Gusti Bagus Anom bermain sabung ayam dengan Abdi tersebut, setelah senja I Gusti Bagus Anom bertanya “hendak kemanakah paman selanjutnya?” Maka Abdi tersebut berkata “hamba hendak menghaturkan surat kepada Ayahanda Tuanku”. I Gusti Bagus Anom akhirnya menyuruh Abdi tersebut untuk pulang dan surat tersebut hendak diserahkan sendiri oleh beliau kepada ayahandanya, maka dari itu setelah surat itu diserahkan kaget pulalah Kyai Tangkas dan segera membunuh anaknya sendiri.

    Setelah anaknya terbunuh Kyai Tangkas akhirnya malas menghadap Dalem Sri Semara Kepakisan ke Gelgel, sampai pada suatu persidangan Kyai Tangkas melalui seorang Utusan Dalem hendaknya menghadap ke Gelgel di sana Dalem akhirnya bersabda” Hai Kyai Tangkas hanya membunuh seorang Abdi saja tidak bisa, Kyai Tangkaspun akhirnya menyembah dan berkata bahwa yang dibunuh adalah I Gusti Bagus Anom anaknya sendiri. Dalem akhirnya terkejut mendengarnya, maka Dalem akhirnya memberikan putra laki-lakinya kepada Kyai Tangkas untuk diasuh, namun ketika persidangan Putra tersebut melarikan diri dan naik dari arah belakang serta meraba kepala ayahnya (Sri Semara Kepakisan), maka dari itu Dalem akhirnya marah, memang sudah kehendak Dewata dulunya putra tersebut kepalanya dapat ditutup oleh Sri Magada Nata raja Tabanan yang merupakan paman sendiri. Oleh karena itu putra Dalem Sri Semara Kepakisan tersebut akhirnya diserahkan kepada Kyai Tangkas untuk diangkat anak karena mengingat Kyai Tangkas tidak memiliki putra lagi, sehingga turun-temurun akhirnya disebut BENCULUK TEGEH KURI yang tinggal di Desa Tonja Badung.
    ………. dan seterusnya.

    • Om Swastyastu,

      Suksma telah berbagi, mohon sudikiranya mencantumkan narasumbernya. Kami menuliskan kisah dari leluhur kami yang bersumber dari Babad-babad keluarga kami, kini telah dituliskan menjadi sebuah buku: “Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan” oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha.

      Boleh saja setiap orang memiliki kisah atau cerita atau babadnya masing-masing, Bagi kami Babad dikeluarga kami sangatlah disakralkan turun temurun, dibacakan 6 bulan sekali, pada hari suci, dan dibacakan kepada seluruh anggota keluarga… sehingga pewarisan informasinya berjalan dengan baik…

      Kisah ini bersumber langsung dari prasasti yang dibawa oleh Tegehkuri V (Leluhur kami) yang kelak nyineb dan mengabdi para Raja Panji Sakti menjadi Punggawa di Pengastulan….

      Santih
      MM

  4. bagaimana perjalanan arya kenceng sampai di Banjar Ambengan Desa/Kecamatan Banjar Buleleng

  5. bagiamana perjalanan arya kenceng sampai di Banjar Ambengan, Desa/Kecamatan Banjar – Buleleng

    • om swastyastu,

      Pak Anugerah Ananda,

      Mengenai perjalanan Arya Kenceng ke Banjar titiang mohon maaf tidak mengetahui secara jelas, coba telusuri ring Sejarah/Babad Arya Kenceng, mungkin semeton keturunan Arya Kenceng dapat membantu……

      Santih
      MM

  6. sblumnya sya mhon maaf krn udh brni ikutan nimbrung disni coz kbtulan sya bukanlah trah dri tokoh/beliau yg di uraikan diatas cuma kbtulan sya emng sngt trtarik dgn cerita/kisah babad orng2 Bali…dan tiada mksd sya tuk menggurui apalgi memberikan pencerahan kpda sipapun disini, ini murni hnya skdar ikut mebligbagan……

    A] Mnurut bbrapa sumber dri crita babad yg prnh sya baca/dengar [maaf sya lupa judul2/buku2nya tpi akn sya kisahkan scra garis besarnya saja]….Arya Tegeh Kuri adlh putra dari Dalem klungkung yg diberikan/diangkat putra oleh Raja Tabanan [entah Arya kenceng atw keturunan Beliau selanjutnya } dikisahkan krn suatu kesalahan beliau Raja Tabanan mendapat hukuman dri Ida Dalem yaitu di copot tuk smntara jabatanya dan menjadi Kepala pengurus Istana,nah jadi pekerjaan beliau saat itu kira2 tak lbih dripada sorng pembantu Istana ..nah kira2 bbrapa tahun berlalu beliau mnjalankan hukuman itu beliau jadi sangt akrab dan sayang dgn salah sorng putra Dalem yg msih kecil dan bgtu jg dgn Putra Dalem trsbut sngt manja dgn beliau..dan akhirnya masa hukuman itupun dianggap cukup,….
    Nah pda suatu ktika Ida Dalem duduk di Singasana memimpin rapat kerajaan dan tk diduga sang putra tersebut tiba2 naik ke punggung,pundak bhkan tanganya sampai menggapai kepala Ida Dalem,maka sngt murkalah Ida Dalem…tpi untunglah murka beliau dpat diredam dan sgra berfikir merenung sejenak..nah keluarlah sbda beliau yg intinya bgini””ini mungkin sdh khndak Hyang Widhi bhwa nanda putra ku bsa berbuat sprti itu Nah paman krn dlm shari2 paman sngt sih dgn putra ku ini maka aku serahkan kpd paman tuk dibawa serta ke Tabanan berilah dia nama Tegeh Kuri krn dia prnh berlaku””Negehin Kuri,naik ke punggung sang raja] nah maka dibawalah sang putra itu bersama2 ke Puri Tabanan dan diberi nama Sira Arya Tegeh kuri atw arya kenceng tegeh kuri…[biasanya sabda berisikan anugrah seorng raja isinya lengkap sampai hak2 dan kewenangan dlm ritual Upacara Dewa/btuhaYadnya,ini sngt perlu untuk mengetahui sttus yg bersangkutan]dan maaf ttng hal ini sya kurng tahu dan lupa kisah lengkapnya !!

    nah dlm hal ini yg mungkin jdi prtanyaan adlh ;
    1. warih siapakah beliau{Arya Tegeh Kuri}Arya kenceng apa Ida Dalem ? mngingat beliau tlh diserahkan kpda Arya kenceng tuk diangkat menjadi putra beliau !
    2.dri bbrapa sumber babad trutama yg berhubungan dgn Pemecutan dikisahkan Puri/Pusat kerajaan Tegeh Kuri ada di seputaran Tagal/kuburan badung jdi lumayan jauh dri daerah Tonja, atau mungkin ktika trjadi perang dan diserang olh Raja Pemecutan warih Arya Tegeh kuri berpindah dan mendirikan Istana/merajan di daerah Tonja ???mengingat di daerah tersebut ada yg dinamakan Tegeh Kuri ???

    B] mengenai Tulisan Arya Benculuk diatas mnurut sya lbih mengarah ke Babad Tangkas Kori Agung yg ceritanya sama persih dgn kisah babad PangeranTangkas Kori Agung yg berpusat di desa gerih kec abiansemal,badung !

    Nah dan ini menurut pendapat saya pribadi,.bagi kita orng Bali yg beragama Hindu ..Babad memang sangt perlu untuk diketahui untuk mengenal jati diri dan menjauhi kutukan dan menghormati para leluhur,…
    ..””Mari jadikan kebanggaan,motivasi dan suri tauladan sifat2 Mulia,Wibawa,Ksatrya beliau di masa lalu untuk melanjutkan hidup kita kedepan………
    Mudah2an tak menjadi kebanggaan semu,memandang mundur jauh kebelakang yg hnya akan membangkitkan rasa sombong dan angkuh…

    iNGAT BABAD ITU DI TULIS OLEH MANUSIA BERDASARKAN KEHENDAK HATI DAN SITUASI PENULIS SAAT ITU,.dan isinya blh dibilang sellu memihak dan jarang yg kisahnya di paparkan secara NETERAL..jdi tdk ada slhnya jikalau kita lbh arif,bijak n lbh mengguanakan nalar dlm hal menyimak n memahami isi babad2 tersebut !
    .skali lgi maaf,tdk ada mksd berceramah palgi menggurui,istilah balinya ”nenten purun tityang jagi pacang nasikin segara” maaf jika ada kata yg kurang berkenan…….Shanti……

  7. Om Swastiastu,
    Bapak Made, sudah sekian lama kok nggak ada postingan Babad AKTK bag4? Sekarang sudah merasa keliru kah? Arya Kenceng bukanlah Arya Benculuk…..kata kenceng tidak bisa di sinonimkan dengan suluk, ini nama Leluhur yang mesti di muliakan. Jadi pertimbangkan lagi Babad Tangkas Kori Agung dan babad Arya Kenceng dengan baik dari sumber yg masih disimpan di tempat aslinya. Dinasty Benculuk hancur karena serangan Raja Badung (Ida Cokorda Jambe Merik). Sedangkan saudara2 kami dari dinasty Arya Kenceng Tegeh Kori masih mendiami puri/jero di Tegal Tamu, di Mengwi dan di Mal Kangin Tabanan mereka masih kami akui sebagai semeton. Jadi maaf jangan campur adukkan babad kami dengan babad Tangkas/Benculuk. Sekarang saya lihat kalian mulai kebingungan dinasty Arya Kenceng tidak mengakui malah menempel ke dinasty Kresna Kepakisan……apakah trah puri-puri Klungkung mengakui kalian?
    Kasian….ckckck
    Om Shanti, shanti, Shanti Om
    Manik

    • Om Swastyastu,

      Suksma atas berkenannya Bapak Manik menulis ring Blog titiang puniki, karena kesibukan menjadi kuli dan juga beberapa tugas penting yang harus diselesaikan, sehingga kami belum sempat untuk menuliskan kembali bagian 4… mohon bersabar…..begitu ada waktu titiang akan segera lanjutkan…

      Pak Manik menulis: Arya Kenceng bukanlah Arya Benculuk…,
      Anda benar, dan silahkan Baca, kami tidak pernah mengatakan bahwa Arya Kenceng adalah Arya Benculuk… silahkan baca ulang dari awal Pak Manik agar mendapat pemahaman yang sebenarnya…. saya mengatakan: Tegehkuri (Dalem Benculuk) adalah Putra Dalem Bali, Beliau adalah putra angkat Arya Kenceng…

      Semakin terpelajar seseorang akan tampak pada tri kayanya… kata-kata yang sopan dan santun, pikiran yang bersih dan jernih, perbuatan yang selalu membawa kebaikan, inilah ciri-ciri dari keturunan wangsa yang mulia… dari apa yang Anda tuliskan di atas menunjukkan siapa sebenarnya Anda…

      Sekali lagi saya tekankan, bahwa penulisan Babad ini tujuannya adalah sebagai bahan pembelajaran, bukan bahan perdebatan yang mengedepankan egoisme apalagi ada kata-kata merendahkan… tentu itu bukan ciri dari seorang yang suka belajar dan terpelajar buka trah dari keluarga yang mulia….

      Pak Manik menulis:…apakah trah puri-puri Klungkung mengakui kalian?
      Kasian….ckckck…

      Tentu saja Penglingsir Puri Agung Klungkung Ir. Tjokorda Gde Agung,SP (Puri Agung Klungkung di Semarapura), secara resmi telah mengakuinya pada tanggal 9 September 2009, Rabu Kliwon Wuku Gumbreg dengan penanda tanganan Surat Pengesahan Sejarah Semeton Nararya Dalem Benculuk Tegehkuri…

      Jadi Bapak jangan bicara sembarangan tanpa bukti, karena jaman ini adalah jaman kaliyuga, siapa yang melakukan hal yang tidak patut segera akan mendapatkan ganjarannya (karma phala cicih)…

      Demikian semoga, kasih, penghargaan, toleransi dan kedamaian senantiasa menyertai kita semua

      santih
      MM

  8. Om Swastyastu,
    Pak Made, tanggal 30 Okt 2011, beberapa hari lagi kami Keluarga besar Pasemetonan Sira Nararya Kenceng bakal mengadakan pendeklerasian pasemetonan bertempat di Puri Ageng Kerambitan. Uleman/undangan ke puri-puri/jero-jero warih Ida Betara sudah disebar, dan acara akan berlanjut pd tgl 11-11-2011 di Gedung Mario (depan Puri Singasana Tabanan). Ini sekedar pengeling saja
    Om Shanti, Shanti, Shanti Om
    Manik

    • Om Swastyastu,

      Inggih suksma banget Pak Manik, ampura ping banget titiang masih ring Abu Dhabi..
      Semoga acaranya berjalan dengan lancar dan tiada suatu halangan…

      Santih
      MM

  9. Om Swastyastu,
    Bapak Made yang terhormat, sudah beberapa pemirsa yang menanggapi cerita blog anda sebagian besar mengklarifikasi bahwa yang diberi anak angkat oleh Dalem adalah Arya Tangkas di Tonja bukan Arya Kenceng di Buwahan/Pucangan Tabanan. Tgl 30 Okt 2011 sudah ditegaskan dalam Saba Yowana Pasemetonan Agung Ida Bhatara Sira Arya Kenceng di Puri Gede Kerambitan yang dihadiri Ida Cokorda Pemecutan, Cok Ratmadi puri Satria, AA Kusuma Wardana, Anglurah Kerambitan,puri-puri di Tabanan sampai puri Agung Tegal Tamu, tidak satu pun Raja Purana kita yang menyebutkan Dalem memberi putra angkat kepada leluhur kami Ida Sira Arya Kenceng. Tegeh Kuri leluhur anda sebenarnya bernama I Dewa Anom putra dari Dalem Ketut Ngulesir, sedangkan di Tabanan pada era itu berkuasa Prabu Magada Nata (putra Arya Kenceng). Sedangkan di Badung sebagai Anglurah adalah Kiayi Agung Tegeh Kori (saudara tiri Magada Nata ; anak kandung Arya Kenceng). Semoga Bapak mampu mencerna dengan hati yang hening dan jernih, berhati-hati memposting cerita/babad karena bisa menyinggung kelompok/dinasty lain.Lebih banyaklah membaca biar tidak ngawur menulis blog. Jelas kami marah karena leluhur kami anda ceritakan sebagai juru sapuh, ngempu dan di tawan di Klungkung(sedangkan jaman Arya Kenceng< Dalem berpuri di Samprangan), sangat jelas anda ngawur. Kami akan merendahkan orang-orang yang berani dengan congkak merendahkan nama besar Bhatara Lelangit kami. Saya tidak menulis sembarangan semua berdasarkan Raja Purana dan tutur penglingsir kami.
    Suksma atas doanya
    Om Shanti, Shanti, Shanti Om

    • Om Swastyastu,

      Inggih Pak Manik, suksma atas masukannya, di sini kami menuliskan tentang Babad dan Sejarah Leluhur kami, bukan dari pendapat kami, jadi Anda dan Saya sama-sama tidak tahu di masa lalu seperti apa, karena tidak mengalami sendiri. Oleh karena itu Anda tidak bisa membuktikan kata-kata Anda benar demikian pula saya.

      Kembali saya tekankan disini seperti setiap awal dari penulisan tulisan saya ini, saya selalu mengatakan bahwa ini adalah bahan pembelajaran, memang tidak mudah bagi orang untuk menerima ketika ada sesuatu dalam keluarganya dikatakan tidak baik, sebagai seorang jelema=jele kelawan melahe mepunduh, marilah kita menyikapi hal ini dengan bijak, jangan mengedepankan emosi, tapi lihat sisi pembelajarannya, bahwa hidup ini seperti kalacakra, kadang diatas kadang di bawah..

      Saya menuliskan apa yang menjadi warisan dari leluhur kami dan ini kami sudah dikukuhkan dalam Pesamuan Agung Pesemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegehkuri (Gusti Tegehkuri) yang diisi oleh sambutan Gubernur Bali (Mangku Pastika) disaksikan oleh Ketua PHDI Provinsi Bali (DR. I Gusti Ngurah Sudiana), Bendesa Agung Desa Pekraman Sebali (Jero Gede Putu Suwena SH). Penglingsir Puri Agung Kelungkung (Ir. Tjokorda Gede Agung, SP). Pada tanggal 9 September 2009, Dua tahun yang lalu…

      Dalam sejarah keluarga kami tidak ada nama Arya Tangkas, Anda jangan mencampur Adukkannya, dan kalo memang Anda memiliki kisah atau sejarahnya, Postinglah agar kita itu bisa saling belajar…

      Nah akhirkata; Pak Manik… mari kita belajar dari masa lalu, hidup ini seperti kala cakra, berputar kadang diatas kadang dibawah, dan kita harus legawa menerima kondisi itu…. dan mari kita menuliskan sejarah dari masing-masing, bukan pendapat pribadi atau hasil kesimpulan sendiri….

      Semoga kebenaran dan keindahan senantiasa menjadi teman kita, dalam setiap pikir, kata dan laku….

      Santih
      MM

  10. Om Swastyastu….
    pak made yang terhormat, saya sangat setuju jika generasi muda mulai belajar akan sejarah ..apalagi sejarah leluhur,tetapi untuk mempostingkan babad leluhur ataupun mencetak buku mengenai babad leluhur yang maha agung tetntu tidak bisa berdasarkan 1 sumber saja. mohon maaf jika ada penulisan yang tidak berkenan,ini hanya sekedar masukan sajadari orang yang masih belajar akan sejarah leluhur . yang saya pertanyakan :

    1.jika kita menulis babad Arya Kenceng ,terutama Babad Arya Kenceng
    Tegeh Kori tentunya kita tidak bisa lepas dari situs wilayah kekuasaan,Prasasti,Purana,
    Raja Purana yang masih tersimpan dengan baik di beberapa Puri Pasemetonan atau trah Arya Kenceng ,seperti :
    a. Puri Agung Tabanan
    b. Puri Agung Pemecutan
    c. Puri Agung, Puri Anyar dan Puri Gede Kerambitan
    d. Puri Denpasar ( Satrya )
    e. Puri Agung Tegal Tamu
    f. Puri Kesiman
    g. Puri Kediri,
    dan masih banyak Puri-Puri ataupun jero yang masih mencatat lelintihan mereka dan itupun masih jelas sampai sekarang mereka menyatakan bahwa mereka bersaudara,1 leluhur. Kalo memang leluhur anda merupakan anak angkat dari Arya kenceng tentunya sampai sekarang masih diakui.. tetapi kenapa terbalik? bahkan tak satupun dari prasasti,Babad, Purana dan raja Purana yang tersimpan di Puri Warih Ida arya kenceng yang menyatakan bahwa leluhur anda itu merupakan anak angkat yang di berikan oleh dalem.

    2. Memang Tokoh Arya Kenceng Tegeh Kori ini begitu Fenomenal ,tapi kenapa tak satupun prasasti,Babad, Purana dan raja Purana yang tersimpan di Puri Warih Ida arya kenceng yang menyatakan bahwa Arya kenceng Tegeh kori itu membuat istana di Tonja melainkan langsung di tegal , Dengan Nama Puri Tegeh Kori.

    3. Perlu di ketahui, bahwa Arya Kenceng tegeh Kori di Tegal hanya sampai generasi ke IV. bukan ke v seperti yang anda tulis diatas.. dan saya sempat mendengar sejarah mengwi juga tak lepas dari sejarah Arya kenceng tegeh Kori sewaktu Ida Cokorda Mengwi Wafat, dan itu dibacakan di hadapan ribuan orang bahkan disaksikan oleh banyak puri dan keraton .bagaimana bisa anda tulis sampai generasi ke v? saya sudah baca buku segatra putra tak satupun yang menyatakan bersumber dari prasasti,Babad, Purana dan raja Purana yang tersimpan di Puri Warih Ida arya kenceng yang saya tulis diatas.aneh bukan? menulis babad sejarah leluhur tapi tidak ada tanda tangan dari pengelingsir Puri-puri yang di pakai pokok ( yang di tuakan) oleh keturunan Arya kenceng.

    4.mohon di berikan penjelasan dan tolong tidak di andai-andaikan atau diberikan contoh yang lain.tolong jawab dengan jelas ,agar saya khusunya yg senang akan sejarah dapat mengerti dengan penjelasan anda.Mari kita terbuka akan banyak sumber….demi anak cucu kita kedepan, kalo kita mengaku keturunan arya atau dalem tentu kita akan di tanaya: nawegang Moncol utawi poko Purine ring Puri napi ? sungguh hal yang lucu jika mengaku pendiri kerajaan badung tapi tidak diakui oleh putranya sendiri, dan tidak sesuai dengan prasasti,Babad, Purana dan raja Purana yang tersimpan di Puri Warih Ida arya kenceng .

    maaf jika ada kata-kata yang saya tulis tidak berkenan di hati pak made, mungkin dengan kedewasaan pak made yang banyak tahu tentang babad arya kenceng khususnya Arya kenceng tegeh Kori dapat memberikan tuntunan yang benar akan sejarah leluhur.

    suksma
    Dharma

    • Om Swastyastu,

      Inggih Bapak Dharma suksma atas masukannya, seperti kata Bung Karno, JASMERAH = Jangan lupakan sejarah. Masalalu memberikan kita banyak pelajaran yang bisa kita petik untuk kemajuan kita bersama.

      1. Tiang menggunakan sumber Buku :Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan, oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha, 2009. Dalam Daftar Pustakanya, menggunakan 58 buah sumber… jadi bukan satu Babad Saja

      2. Karena banyak kisah yang kontroversi, Kalo Bapak tertarik silahkan Datang Ke Puri Pengastulan, Di mana I Gusti Tegehkuri V menjadi Punggawanya Prabu Panji Sakti ketika masa penyineban

      3. Ya Bapak Benar, yang di Puri Tegal sampai Dinasti ke IV, Karena Ketika Dinasti ke-5 (I Gusti Made Tegeh) berkuasa, terjadi pemberontakan oleh I Gusti Pucangan/Jambe Pule (Keturunan Arya Tabanan) yang sebelunya dikasi rakyat 250 orang untuk membangun Istana di sebelah barat Daya Puri Satria, istana itu diberinama Puri Jambe. Pemberontakan ini terjadi karena memperebutkan Putri Tegehkuri V yaitu Ratu Ayu Genjot yang juga dipinang oleh Raja Mangui. Ketika Raja Mengui membawa sarana upacara pinangan, lantas di dengar oleh I Gusti Pucangan. Seketika itupun dia menghimpun pasukan untuk menggempur Puri Satria. Serangan pemberontak itu begitu dasyat, pemberontak itu tiada lain saudara sendiri yang diberikan pengikut dan pasukan, membuat Beliau ewuh pekewuh, serba salah), Akhir Beliau hanya berlima malam tersebut meloloskan diri (Tegehkuri V, Permaisuri, Putranya Ratu Raden dan Putrinya Ratu Ayu Genjot bersama Adik Iparnya yang bernama I Munang). Kepergian Beliau tidak membawa apa-apa kecuali sekotak prasasti yang merupakan pusaka di Puri Satria yang Beliau Usung. Beliau nyineb pergi ke Den Bukit (Buleleng). Jadi itulah sebabnya orang-orang hanya mengetahui ada Tegehkuri IV, karena prasastinya dibawa oleh Tegehkuri V dan bertempat tinggal di Pengastulan. Peristiwa ini terjadi ketika Kerajaan Bali yang berpusat di Kelungkung dipinpin oleh Dalem Anom Sagening (1580-1665).

      4. Seperti yang sudah jelas saya jawab di atas. Berikut tiang kutipkan juga Bhisama Ida Betara Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai tambahan pengetahuan Anda.

      Yang juga telah diresmikan pada: Pesamuan Agung Pesemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegehkuri (Gusti Tegehkuri) yang diisi oleh sambutan Gubernur Bali (Mangku Pastika) disaksikan oleh Ketua PHDI Provinsi Bali (DR. I Gusti Ngurah Sudiana), Bendesa Agung Desa Pekraman Sebali (Jero Gede Putu Suwena SH). Penglingsir Puri Agung Kelungkung (Ir. Tjokorda Gede Agung, SP). Pada tanggal 9 September 2009, Dua tahun yang lalu…

      “Bisama Ida Batara Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan kepada Ida Batara Arya Kenceng, Bahwa Putranya I Dewa Anom Pemayun memang Didarmaputrakan Kepada Arya Kenceng, Tetapi memiliki Hak yang sama Dengan Putra Dalem”.

      “Yayi Arya Kenceng, aja kedurusan, ulapi geleng ta yayi, upasama yasa kerti amanira, amahayu ikang rat, wus wruh manira sira yayi pascat ri wiweka, asadana satiya bhakti maprabhu, wus weruh manira umenget ri bisamaninghulun uni kala, tan wenang saparan anuil manira ri sadakalaning angrangsuk busana ning kaprabon, bilih-bilih ri jeng, papahoman agung kaye mangke, rare bangeran ngaran putraku, tan-wiyar-tan kaklesa, kayeka inucap ri raja niti

      Amaten putraku yayi, patemokakena asanak lawan putranta Anglurah Tabanan, Nging Hana Pamintaku Ri Kita, Upapira Putrangku Dena Becik, Mebaleman Sirsa Ning Kebo Bhinasmi

      Manira lugraha aweh pesalin aran ri putranku, manira aweh aran Arya Dalem Benculuk Tegehkori, muang kawenang angangge sa upacara Raja Putra”….. sumber: Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan, oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha, 2009.

      Inggih demikianlah kiranya Bapak Dharma, semoga kebenaran dan kedamaian senantiasa menyinari setiap gerak pikir, kata dan laku kita.

      semoga kasih senantiasa menjadi landasan dari kita untuk melangkah, berkata dan berfikir, sehingga akan membawa pada kindahan, dan kedamaian…

      Salam kami dari Abu Dhabi – UAE
      Made Mariana

  11. Om Swastyastu,
    maaf pak made bukannya ikut campur tapi saya kaget aja membaca tanggapan anda ke pada pak Darma tentang nama Ratu Ayu genjot.
    pak made mohon dikoreksi ,dalam sejarah Puri mengwi tidak pernah leluhur kami mengambil putri dari Tegeh Kuri melainkan putri dari Anglurah tegeh kori IV yang bernama Kyai ayu Tegeh dan sentana Arya kenceng tegeh Kori yang kesah dari Puri Tegeh Kori di tegal sempat menetap di Kapal dan sempat membuat mrajan yang sampai kini masih ada .dan dari sanalah putra-putra Arya kenceng tegeh kori berpencar. dan dari Ayu tegeh melahirkan Ayu Bongan yang kemudian menikah ke Pemecutan dan sebagai bentuk penghormatan raja badung ( pemecutan ) maka di buatkan arca di Pura nambangan badung dengan nama IBU BONGAN.

    berhati-hatilah untuk menulis sejarah, mari kita pakai logika… kenapa banyak yang protes terhadap tulisan anda?klo berbicara masalah Arya kenceng saya tidak ikut campur, tapi kini anda berbicara masalah Puri Mengwi,MAAF terpaksa saya ikut campur !!! karna kami tidak ingin keluarga besar kami terpecah belah dengan tulisan anda.

    kami punya Prasasti,raja purana yang sangat kami sucikan ,kami hormati bahkan seluruh keluarga besar kami dan para wargi,bala putra serta braye menghormatinya.

    suksma
    Gung De Alit
    Puri Ageng Mengwi

    • Om Swastyastu,

      Inggih suksma banget Pak Gung De Alit, dari awal tiang ungkapkan tidak ada niat tiang untuk menyinggung perasaan siapapun, kisah niki tiang tuliskan sebagaimana yang menjadi warisan dari leluhur kami, Apabila ada yang merasa tersinggung karena tulisan ini dengan ketulusan hati tiang mohon maaf.

      Pa Gung Benar, Raja Mengui tidak mengambil Putri Tegehkuri V (Ratu Ayu Genjot), dan tulisan tiang diatas juga tidak ada yang menyatakan demikian coba baca dengan cermat. Karena serangan pemberontak maka Beliau ( I Gusti Tegehkuri V, bersama Permaisuri, Putrinya:Ratu Genjot, Putranya: Ratu Raden, Iparnya: I Munang) meloloskan diri nyineb pergi ke Den Bukit… …… singkat cerita Beliau kemudian menjadi Punggawa dari Kerajaan Buleleng (mengabdi pada Prabu Panji Sakti), ketika keadaan sudah aman….. Ratu Raden Putra Beliau diantarkan kembali ke Kerajaan Badung. Sesampainya di Kerajaan Badung I Gusti Pucangan alias Jambe Pule naik tahta mabiseka Prabhu Bendana, menghadaplah kemudian Ratu Raden ke Puri, oleh I Gusti Pucangan kemudian diberikan hadiah rakyat sebanyak 200 orang dan sawah seluas 40 petak, atas perintah raja dibangunlah kemudian istana buat Ratu Raden di sebelah barat sungai pada sebidang tanah hutan, Setelah selesai Istana itu diberi nama Jero Kuta……

      Suksma banget atas sharingnya tentang kisah Leluhur kami Tegehkuri IV …semoga kebenaran, kedamaian dan keindahan senantiasa menjadi teman sejati kita…

      Santih
      MM

  12. Swastyastu
    maaf pak made ..kayaknya pak made sendiri yang harus lebih cermat membaca tulisan anda diatas yang anda tulis “Pemberontakan ini terjadi karena memperebutkan Putri Tegehkuri V yaitu Ratu Ayu Genjot yang juga dipinang oleh Raja Mangui. Ketika Raja Mengui membawa sarana upacara pinangan, lantas di dengar oleh I Gusti Pucangan. Seketika itupun dia menghimpun pasukan untuk menggempur Puri Satria. Serangan pemberontak itu begitu dasyat, pemberontak itu tiada lain saudara sendiri yang diberikan pengikut dan pasukan, membuat Beliau ewuh pekewuh, serba salah), Akhir Beliau hanya berlima malam tersebut meloloskan diri (Tegehkuri V, Permaisuri, Putranya Ratu Raden dan Putrinya Ratu Ayu Genjot bersama Adik Iparnya yang bernama I Munang”

    dan setelah saya cermati ternyata tulisan anda ini terlalu banyak manipulasinya..tidak berdasarkan babad yang sebenarnya. seperti yang pernah saya bilang “kami punya Prasasti,raja purana yang sangat kami sucikan ,kami hormati bahkan seluruh keluarga besar kami dan para wargi,bala putra serta braye menghormatinya dan tentu puri -puri yang lain juga sama halnya dengan kami dan sejarah kami satu sama lain saling keterkaitan.

    maaf saya sering bertemu dengan sentana Puri Blahbatuh yang merupakan masih pokok dari keturunan Panji Sakti tetapi tidak adaperbedaan sejarah antar para arya ,tapi kenapa yang terdapat di pengastulan beda?ada apa di balik ini? padahal dari beratus-ratus tahun yang lalu leluhur mampu menjaga babad mereka dengan baik dan secara turun temurun masih terjaga .klo memang semeton pasti diakui tidak perlu nyari pengakuan sana sini. coba baca sejarah Badung lebih rinci dan saya sudah baca buku segatra putra ternyata jauh dari prasasti yang ada dan di halaman belakangnya terulis tentang sisilah karangasem…lo kok bisa? mestinya ditulis dong sejarah Tegeh Kori lengkap dengan raja purana puri yang ada.

    suksma
    Gung De Alit
    Puri Ageng Mengwi

    • Om Swastyastu,

      Inggih suksma Pak Gung De Alit atas komennya. Seperti yang tiang jelaskan pada coment titiang sebelumnya. Ratu Raden yang kembali ke Badung, sementara Ratu Genjot ikut dengan Ayahandanya di Den Bukit.

      Ini yang tertulis di Babad kami yang diwariskan oleh leluhur kami. Bila ada yang tidak berkenan tiang tidak bisa bilang apa-apa karena begitu tertulis dan itu mengenai masa lalu yang mana Anda dan tiang tidak mengalaminya.

      Dan tiang tidak ada memanipulasi, Bapak telah menuduh tiang melakukan manipulasi tanpa ada bukti… tidakkah ini dosa? Apapun yang tiang tuliskan dalam Babad demikian yang ada dalam Babad Kami, jadi bukan opini tiang atau bukan buah pikiran tiang…

      Ada baiknya juga Bapak membaca Buku: Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan, oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha, 2009. Dalam Daftar Pustakanya, menggunakan 58 buah sumber…. Atau kalo sempat datanglah ke Puri Pengastulan sekalian jalan-jalan dapat tambahan ilmu…

      Atau Bapak Gung De terbitkan juga Buku sebagai pelurus dari buku tersebut, sehingga kami bisa belajar, mudah-mudahan suatu ketika nanti kita seluruh Bali bisa berkumpul dan mengkonsolidasikan sejarah/babad-babad masing-masing dan mencari titik temu, sehingga generasi mudah mendapatkan pemahaman yang benar…

      Semoga kebenaran dan kedamaian senantiasa bersama kita

      Santih
      MM

  13. Om Swastyastu,
    Bapak Made, ty cermati sudah banyak yg menyanggah cerita dalam babad anda bukan saja dari keturunan Ida Arya Kenceng, tapi dari keturunan Puri Mengwi (Arya Kepakisan), itu berarti bapak mesti membaca juga babad yg lain sebagai pembanding. Ty rekomendasikan Bapak Made membaca Babad Arya Tabanan-Wikipedia atau Arya Kenceng-Wikipedia disini cerita dan silsilah ditulis dengan sangat jelas sehingga kami masih bisa mengenali siapa saja pasemetonan Arya Kenceng, termasuk warih Arya Kenceng Tegeh Kori (bukan Kuri). Seperti yg dikatakan oleh Bpk Gung De Alit (Puri Mengwi) bahwa babad antara puri-puri yg ada di Bali satu sama lainnya saling terkait dan babad biasanya ditulis dilingkungan kekuasaan/puri. Jadi berhati-hatilah dalam menulis jangan sampai mengusik kedamaian yang sudah ada.
    Om Santhi,Santhi,santhi Om

    • Om Swastyastu,

      Inggih Bapak Manik, suksma banget atas infonya, titiang mohon maaf pabila ada yang merasa terusik, seperti yang tiang tuliskan sebelumnya, tujuan kami menuliskan ini hanya sebagai bahan pembelajaran.

      Babad ditulis dilingkungan keluarga sendiri dan dipercayai dilingkungan keluarga juga, titiang sangat menghargai Babad-Babad para semeton sami, sakewanten karena Babad inipun merupakan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun demikian pula kami mempercayainya…

      Semoga kedamaian senantiasa menjadi teman sejati dalam setiap gerak pikir, kata dan langkah kita.

      Santih
      MM

  14. Om Swastyastu
    Hanya sekedar informasi

    1. Dalam Babad Dalem tidak pernah dinyatakan dalem menghadiahkan Putra nya (apalagi Putra Mahkota) kepada Arya Kenceng

    2. Dalam Babad Arya kenceng, tidak pernah dinyatakan beliau menerima putra dari Dalem. (trus kalau ada yang mengaku sebagai keturunan Putra Dalem yang dihadiahkan kepada Arya Kenceng akan masuk di keluarga mana?)

    3. Dalam pesamuhan puri puri sejebag Bali, di Puri Peliatan tahun 2011 kemaren, (pesamuhan itu juga dihadiri oleh Mangku pastika (Gubernur Bali) , penglingsir puri puri se Bali, PHDI dan Majelis Desa Pakraman, dan saya sendiri kebetulan hadir) para keturunan dalem dan ditegaskan lagi oleh Dalem klungkung yang sekarang (penglingsir puri agung klungkung yang dulu menandatangani sejarah Dalem Benculuk Tegeh Kori) menyatakan tidak pernah terjadi penyerahan putra dalem kepada Arya Kenceng di Tabanan, (untuk itu tolong dikonfirmasi lagi dengan yang bersangkutan)

    4. Dalam acara pesamuhan itu, yang banyak di bahas adalah seorang tokoh muda, yang bergelar Dalem Benculuk Tegeh Kori Kresna Kepakisan I, atau sering menyebut dirinya Raja Majapahit Bali, dimana bapak Gubernur menyampaikan keberatannya, dan meminta statement dari pihak puri puri di Bali, karena beliau merasa terganggu sering mendapatkan pertanyaan dari negara negara tetangga yang kaget dengan klaim dari seseorang yang mengaku sebagai Raja Bali, yang datang di acara acara kenegaraan, sehingga menimbulkan kekacauan protokoler

    5. Para Peranda salah satunya peranda Gunung juga merasa sering tertipu dengan acara acara yang kemudian fotonya disalah gunakan intik memblow up seorang tokoh di media masa untuk ketenaran pribadi
    (silahkan hubungi Peranda Made Gunung)

    6. akhirnya muncul statement dari para penglingsir sejebag bali bahwa Abhiseka Raja Majapahit Bali itu tidak ada, dan bahkan dalem klungkung menyatakan bahwa jika pun dianggap pernah ada, Shri Kresna Kepakisan bukanlah Raja Majapahit Bali, namun beliau seorang Adipati yang ditugaskan oleh Raja majapahit di Bali, (statement itu ada di koran Bali post, saya lupa tanggalnya)

    7. Menilik nama Raja Baru itu “Dalem Benculuk Tegeh Kori Kresna Kepakisan I” secara tersirat menyatakan bahwa tokoh Benculuk Tegeh Kori Kresna Kepakisan itu adanya baru pada abad ke XX (Itu pendapat saya pribadi)

    8. Akibatnya sekarang terjadi kebingungan, karena ada 2 versi Tegeh Kori yang satu yang mengklaim sebagai Putra Mahkota Dalem yang satu lagi mengklaim sebagai Putra Kandung Arya Kenceng, dimana keluarga besar Dalem dan Keluarga besar Arya Kenceng lebih sepakat kepada versi yang Tegeh Kori sebagai Putra Kandung Arya Kenceng

    9. Versi Tegeh Kori sebagai Putra Mahkota Dalem hanya dapat ditemukan dari Babad versi Pengastulan atau babad babad yang merupakan salinan dari babad tersebut, sehingga dalam buku Nararya Benculuk Tegeh Kori Kresna Kepakisan, referensinya lebih banyak berasal dari era 90 an ke atas, kebetulan saya diundang pada saat maha sabha mereka di Tabanan, sehingga saya punya buku tersebut
    (ini bisa dikonfirmasi langsung ke saya)

    kesimpulan

    1. tentu susah menyatakan mana yang benar mana yang salah, karena bisa saja terjadi sekarang ini, satu orang waras diantara seratus orang gila, maka satu orang waras itu dianggap gila dan seratus lainnya itu dianggap waras. atau ternyata memang benar satu orang itu gila diantara seratus orang waras sehingga yang seratus orang menjadi bingung dan ikut gila, atau mungkin semua orang sudah gila heheheeh

    2. Silahkan mengagungkan diri sendiri, menjadi Raja, atau turunan orang terhormat, membuat cerita dan menyebarkannya secara luas karena ini dunia moderen, tidak akan ada yang menuntut secara hukum, namun tentu harus disertai dengan fikiran yang jernih dan mencerminkan kebenaran.

    3. Gelar nama di bali bukanlah hal yang eksklusive lagi, banyak yang bapaknya I gede, I wayan, sekarang turunannya menjadi I Gusti, Anak Agung, Cokorda bahkan Dalem dan bergelar Raja. Tidak masalah toh tidak akan ada yang menuntut ke meja hijau, paling banter kesepekan di banjar pedidi, tapi kalau sudah pindah desa, apalagi kabupaten, siapa yang tau????? jadi mau bergelar apa saja, monggo……

    4. Saya berbahagia dengan banyaknya tulisan tentang Babad leluhur, menjadi sebuah tempat belajar untuk saya yang bodoh, itu artinya banyak yang perduli dengan sejarah atau istilahnya JAS MERAH, asalkan JASMERAH jangan diterjemahkan menjadi “Jangan Segan Merubah Sejarah”.
    Sehingga ada tokoh yang katanya anti feodalisme, malah menyebut dirinya sebagai Raja dengan meramu sejarah

    5. Ternyata saya bodoh dan kurang membaca, sehingga melewatkan tokoh “Benculuk Tegeh Kuri Kresna Kepakisan” untuk itu tulisan saya diatas adalah tulisan orang bodoh yang anggap sebagai angin lalu saja

    OM Shanti Shanti Shanti

    Panji Astika
    Puri Anom Tabanan

    • Om Swastyastu,

      Suksma Pak Panji Infonya. Selamat Tahun Baru 2012. Semoga di tahun baru ini Bapak sekeluarga sehat, sukses dan berbahagia selalu. Apa yang menjadi rencana di masa lalu yan g belum terlaksana bisa diwujudkan di tahun ini.

      Apapun informasinya, itu pasti akan bermanfaat. Itulah pembelajaran. Mari kita ambil sisi positipnya. Toh juga memperdebatkan sesuatu yang tidak kita ketahui kebenarannya, tidak akan memberi hasil apa-apa, ibarat pepatah “ngerebutin tulang tanpa isi”. (Kita sama-sama tidak mengalami peristiwa itu, jadi kita tidak bisa pastikan apa kebenarannya, karena sumber tertulis bisa jadi ada banyak kepentingannya, seperti kata pepatah, Sejarah ditulis oleh pemenang, yang seringkali mengingkari kebenaran)… Satyam Eva Jayate = Kebenaran pasti akan menang… Waktu yang akan menentukan…

      Mengenai yang Bapak bicarakan di atas itu mohon maaf tiang tidak paham, Maklum tiang ada di luar negeri, jadi jarang-jarang update baca berita dari dalam negeri, siapa dan apa yang Bapak maksudkan.

      Penulisan Babad ini hanya sebagai bahan pembelajaran di masa lalu. Untuk meningkatkan kualitas umat Hindu yang jumlahnya sedikit. Agar kita bisa bersatu padu, tidak mudah dipecah belah….

      Semoga kedepannya jumlah yang sedikit ini seperti Emas dan Berlian. Sedikit tapi bernilai tinggi, dan sangat dihargai oleh setiap orang yang menjumpainya.

      Semoga damai dan berbahagia selalu

      Santih
      MM

  15. Om Swastyastu

    Suksma mewali Pak Made ring Abu Dhabi
    Andaikan pak Made setiap hari membaca koran Bali Post
    Pak Made tentu akan mengerti dengan tulisan para semeton yang lainnya yang sepertinya bernada keberatan dengan babad anda.

    Namun saya tetap kagum dengan anda, walaupun Jauh di negeri orang
    pak made tidak melupakan keBalian nya … karena banyak saudara kita yang hidup di pulau seberang, sudah melupakan Tanah Balinya.

    semoga leluhur dan Ida Shang Hyang Widhi menunjukkan Jalan dan Sinarnya yang penuh dengan kebenaran dan kesucian

    Om Shanti Shanti Shanti

    Panji Astika

    • Om Swastyastu,

      Sami-sami Pak Panji, ampura tiang sibuk ngrereh kiloan jadi jarang bisa update info dari dalam negeri terutama dari Bali.

      Tiang juga masih belajar Pak Panji, Dengan media Blog ini juga tiang pingin belajar bersama saudara-saudara kita semua. Semoga sinar suci senantiasa menyinari kehidupan Kita.

      Semoga Leluhur kita menuntun kita selalu teguh di Jalan Dharma dimanapun kita berada.

      Semoga Hyang Widdhi Wasa Asung Kertha Nugraha, kesehatan, kekuatan, kesempatan dan kesuksesan serta kedamaian kepada kita semua.

      Semoga kita bisa bersatupadu, walau dalam arti jumlah kita sedikit, namun secara kualitas tinggi. Ibarat emas dan berlian, siapapun yang berjumpa dengannya akan mengerti nilainya.

      Selamat Tahun Baru 2012.

      Santih
      MM

  16. om swastyastu,
    tiang cita juliana saking belayu marga. ampura yening dados tiang jagi ngidih salinan babad arya tegeh kuri ring benculuk pak, pang tiang uning sawireh dirumah tiang ten ngelah. yening dados tolong dibalas pak, hubungi tiang ring facebook dados…
    facebook tiang joule physics
    suksma pak

    • Om Swastyastu,

      Ampura titiang saat ini ada di Luar Negeri (Abu Dhabi), Semeton bisa datang ke Pengastulan atau hubungi penulisnya: Drs. I Gusti Nyoman Suartha (081 353 231 467)

      Santih
      MM

  17. ampuer pak made… sebaiknya menurut saya ..jika kita mencari kebenaran suatu babad atau apapun jenisnya tentang perjalanan leluhur lebih baik mengacu pada sumber yang bisa dibaca…maaf tyang mengutip komentar seorang tokoh yang menulis coment di FB Pasemetonan anda dengan tulisan seperti ini :” perlu kiranya permaklumkan bahwa pihak pengurus pusat PANDBTK khususnya sekjen sudah tty mohon dengan sangat agar bisa mendapat restu dari Jero Agung Pengastulan untuk membuka rajapurana/prasasti Pura Badung di Pengastulan, namun hingga kini sejak tahun 1999 belum berhasil. nah, sesuai dengan isi babad Dalem Tegehkuri yang ada di Jero Lingsir Pengastulan bahwa Ida Bhatara Kawitan Tegehkuri V ketika secara terpaksa meninggalkan Puri Ksatria/Satria yang sempat dibawa hanya berupa itu rajapurana/prasasti leluhur. Konon dengan alasan “pingit” maka pengelingsir Jero Agung Pengastulan tidak berani mengizinkan rajapurana itu untuk dibaca. bahkan pihak kami Jero Lingsir Pengastulan sudah sejak tahun 2006 menggugat agar itu dibaca namun hingga kini belum pula berhasil. ”
    aneh bukan..? trus darimana bisa mengetahui jika prasastinya tidak boleh dibaca? ampure yening wenten kruna sane kasurat nenten manut rin g arsa… badung mangupura..kirang langkung sinampura

  18. Om Swastyastu pak made..
    bagaimana menurut anda pertanyaan saya diatas ? itu merupakan penrnyataan dari Drs. I Gusti Nyoman Suartha ,sampai kapan sejarah akan diramu ? suksma

    • Om Swastyastu,

      Seperti yang tiang tuliskan sebelumnya, acuan dari penulisan babad di sini adalah buku: Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan, oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha, 2009.

      Isi buku ini sama dengan Babad dari keluarga besar kami di Banjar Lebah Desa Tinggarsari, yang diwariskan turun-temurun dibacakan setiap 6 bulan sekali.

      Mengenai comment di FB, mohon maaf tiang tidak tahu, karena ada kemungkinan orang memiliki nama yang sama….

      santih
      MM

  19. dari pengamatan tyang… itu jelas Drs. I Gusti Nyoman Suartha, pegarang buku Merekontruksi Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan… pertanyaan saya.. : apa dasar mewali kepurusa jathi ? trus siapa yang bertanggung jawab dengan atma pelaku purusa jathi atau leluhur tersebut ? skr aja masih tyang dapat info dari keluarga benculuk tegeh kuri : mepedarman di besakih ( Sapta sanak ) ,mepedarman di besakih ( sri Kresna kepakisan ) juga mepedarman di arya kenceng.. mekawitan juga begitu… jadi secara logika aja…terlalu memeberatkan sentana kedepan…dan membingungkan mereka..tyang betul-betul kasihan,,sama mereka..

    • Om Swastyastu
      Semoga semua mahluk berbahagia dan sejahtera

      Suksma banget Pak Goenk_Dee (Alit).. atas segala respon dan diskusi yang indah ini, titiang coba untuk memberikan penjelasan dari pertanyaan Goenk satu-persatu.

      apa dasar mewali kepurusa jathi ?
      1. Babad Keluarga Kami, mengenang,menghormati dan berbakti kepada leluhur. Kewajiban Prati sentana untuk menghormati dan berbakti pada leluhurnya.
      2. Sebagai umat Hindu Bali, kami berkewajiban untuk memuja Hyang Widdhi Wasa (Tuhan dan segala manifestasinya), Memuja Leluhur (kawitan)

      trus siapa yang bertanggung jawab dengan atma pelaku purusa jathi atau leluhur tersebut ?
      Setiap atma bertanggung jawab pada dirinya sendiri, karena hukum karma mengingat sang Atma.
      Kami sebagai Prati Sentana menjalankan kewajiban untuk berbakti kepada Leluhur Kami, ini adalah Karma Baik yang mesti kami pupuk (cultivate).

      Mepedharman di Besakih (Kresna Kepakisan dan Arya Sapta Sanak) memberatkan…?
      Tiang pribadi tidak pernah merasa diberatkan, karena memang itu kewajiban kita.
      1. Kepada Arya Sapta Sanak (Arya Kenceng) membalas budi (kepada orang tua yang membesarkan) sesuai sastra
      2. Kepada Kresna Kepakisan (Lulur Purusha) kewajiban untuk berbakti kepada leluhur (sesuai sasra hindu)
      Logikanya semakin banyak yang merestui kita semakin banyak rejeki dan kemudahan dalam hidup ini.. so tiang malah sangat bersyukur….

      Demikian Goenk_Dee, semoga kita semua mampu mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Semoga kita semua beroleh pencerahan, Astungkara

      Santih
      Made M/Abu Dhabi

  20. OM Swastyastu
    dengan ini kami informasikan bahwa Prasasti atau Rajapurana Pura Badung Pengastulan yang sempat cukup lama kami persoalkan karena tidak boleh dibaca selama bertahun-tahun dengan alasan amat disakralkan oleh semeton kami di Jero Agung Pengastulan kini telah kami dapatkan dalam bentuk copynya yang diserahkan oleh dane IGusti Putu Antara pengelingsir Jero Agung Pengastulan. Dengan demikian aslinya yang tersimpan di Kropak Singaminambara Raja tidak akan lagi kami minta untuk dibaca. Transkrip dimaksud telah kami cek&recek di Gedong Kertya Singaraja dinyatakan asli dengan nomor seri Gedong Kertya dan nomor registrasi Balai Penlitian Bahasa Singaraja tahun 1979. Rajapurana kita ini bertajuk : BABAD TABANAN TEGEH KORI. Rajapurana ini berbenuk Geguritan sebanyak 6 Pupuh dan 138 Bait. Saya sempat kaget, ternyata isinya pun tidak jauh beda dengan Babad Dalem Benculuk Tegehkori yang kami pegang di Jero Lingsir Pengastulan. Bedanya hanya terletak pada pola Babad pada umumnya yakni berpola pitutur yang maksudnya tentu untuk memudahkan memahami isi Prasasti/Rajapurana. Isi seutuhnya beserta terjemahan Prasasti/Rajapurana dan Babadnya tersebut akan dimuat dalam buku terbitan saya edisi berikutnya bertajuk “Mawali ka Purusha Jati”.
    Terkait dengan silang pendapat di pabligbagan yang cukup hangat ini dengan sangat hormat saya mohon untuk tidak diperpanjang lagi, karena sumber yang dijadikan acuan penulisan buku sejarah di Pasemetonan Agung Tegehkori (Trah Dalem) sudah sangat otentik dan sejauh mungkin kami berusaha untuk obyektif dan tidak beropini. Apa yang kita warisi dari leluhur maka kewajiban kitalah kini sebagai Damuh Ida Bhatara Lelangit untuk meneruskan secara jujur dan apa adanya saja kepada generasi selanjutnya agar kelak mereka tidak kebingungan mengenali jati-dirinya.
    Kesimpulannya : tidak ada sedikit pun tersirat dalam niat dan pikiran kami untuk membuat ketersinggungan pihak mana pun, karena semua yang kami susun adalah merupakan bentuk persembahan bhakti Yadnya kami kepada Ida Bhatara Kawitan. Namun jika sekiranya ada pihak yang merasa keberatan, maka kami pun akan berkenan dengan senang hati secara terbuka memperlihatkan seluruh referensi yang ada pada kami guna mewujudkan bukti kejujuran kami menuliskan sejarah leluhur yang amat kita sucikan.
    Semoga pikiran yang suci datang dari segala arah.
    Rahayu namo swaha.
    Salam dari kami Jero Lingsir Pengastulan Generasi XII IGusti Tegehkori.
    Suksma.

  21. Sebagai informasi bahwa leluhur kami kesah/nilar dari Badung (Uwug Badung Tahun 1687) ke Pengastulan dan atas anugerah Raja Buleleng IGusti Panji Sakti II (Anglurah IGusti Panji Made yang merupakan menantu Raja Mangwi) beliau leluhur kami diangkat menjadi Punggawa Pengastulan, demikian seterusnya turun temurun menjadi Punggawa Pengastulan dengan wilayah Buleleng Barat hingga Gilimanuk. Kini kami di Jero Lingsir selama tiga seperempat abad bermukim di Pengastulan telah turun 14 (empat belas) generasi dan saya adalah Generasi XII sesuai garis silsilah keluarga besar yang turun temurun kami lestarikan. Suksma, rahayu namo swaha.

  22. Dumogi buku yang diterbitkan sesuai dengan sumber yang terdapat di Puri -Puri dan dari belanda ,karena yang saya baca di Babad Gedong Kertya Singaraja yang dinyatakan asli dengan nomor seri Gedong Kertya dan nomor registrasi Balai Penlitian Bahasa Singaraja tahun 1979. Rajapurana kita ini bertajuk : BABAD TABANAN TEGEH KORI. Rajapurana ini berbenuk Geguritan sebanyak 6 Pupuh dan 138 Bait. Saya sempat kaget, ternyata isinya adalah Kyai tegeh ( Arya kenceng tegeh Kori ) merupakan putra kandung arya kenceng yang ternyata ibunya dari desa tegeh tabanan dan beristana di tegal dengan nama Puri tegeh Kori ( Kori yang tegeh dan oleh sebab itu beliau mendapat gelar arya kenceng tegeh kori yang berarti Arya kenceng yang berpuri ditegal dengan kori yang tegeh )bukan di tonja. ini perlu kita simak lebih dalam ,dan isi purana serta raja purana di seluruh Puri treh para arya isinya hampir sama yaitu tegeh kori merupakan putra kandung arya kenceng…. termasuk yang di klungkung sehingga Ida dalem semara putra ( raja Klungkung sekarang ) berani sebagai penanggung jawab / pelindung Buku yang di terbitkan Puri dan jero treh arya kenceng… jika hanya kita yang berbeda … bagaimana ini ? rahayu..

  23. mengutip yang pak nyoman suartha tulis : ” Sebagai informasi bahwa leluhur kami kesah/nilar dari Badung (Uwug Badung Tahun 1687) ke Pengastulan dan atas anugerah Raja Buleleng IGusti Panji Sakti II (Anglurah IGusti Panji Made yang merupakan menantu Raja Mangwi) beliau leluhur kami diangkat menjadi Punggawa Pengastulan, demikian seterusnya turun temurun menjadi Punggawa Pengastulan dengan wilayah Buleleng Barat hingga Gilimanuk. Kini kami di Jero Lingsir selama tiga seperempat abad bermukim di Pengastulan telah turun 14 (empat belas) generasi dan saya adalah Generasi XII sesuai garis silsilah keluarga besar yang turun temurun kami lestarikan. ” dan

    mengutip pertanyaan dari dari percakapan di FB , gus tommy ( Jero ageng Pengastulan ) menanyakan :‎@ pak nyoman : ampura pak, tyang metaken ring dije genah jero lingsir ?? karena setahu tyang di desa pengastulan cuma wenten jro anyar, jro dauh, jro delod & jro ageng.

    lalu dijawab :Jero Lingsir Pengastulan persis ring sebelah timur (seberang jalan) Pura Badung Pengastulan jeron ida Punggawa Pengastulan (Ida Bhatara IGusti Tegehkuri V) sane ring pamerajane wenten meru tumpang tiga linggih Ida Bhatara IGusti Tegehkuri V ., . sane dumun nyineb prewangsa, mangkin sampun “Mewali ke Purusha Jati” artosne wit mewali ngange hak sebutan IGusti . . kanggeang wawu nangiang nami puniki . . kirang langkungne ampura Gus. (15 april 2012).

    mengutip dari niki klo sudah mocol kita adalah Jero ageng pengastulan..yang lain mohon jangan melangkungi… kami tetap berpedoman pada jero ageng pengastulan..karena mereka moncol kami ..bukan jero yang baru.. maaf.

    • kepada yth pak maade juliantara
      mohon maaf sebelumnya saya ada pertanyaan, apa ya maksudnya ” moncol ” pada jro ageng pengastulan? saya tidak tau istilah itu maklumlah saya lahir d jakarta dan baru 3 bulan ini tinggal d bali setelah menikah, saya juga dr pengastulan dan dadia saya salah satu penyungsung pura badung krn kita memang keturunan i gusti tegehkuri saya sangat menyukai tulisan d blog ini dan juga komentar2 yg ada pada blog ini saya anggap sangat membangun krn itu adlah cara kita berdemokrasi yaitu siap menerima kritikan dan mau di kritik balik, apabila pertanyaan saya tidak bermutu mohon maaf krn saya memang bodoh dan tidak tau apa2 selama ini, baru2 ini aja saya sibuk meluangkan waktu utk memahi silsilah keluarga dan kawitan selain itu juga saya sangat ingin mengenal saudara2 satu kawitan yg blm saya kenal ke depannya saya akan meluangkan wKtu utk berkenalan dan saling tukar pikiran klo istilah kerennya pada saat ini “merapatkan barisan”
      utk itu saya ucapkan terima kasih buat semuanya terutama buat penulis
      rahajeng rahayu buat kita semua
      om shanti shanti shanti om

  24. saya dari semeton puri di daerah tabanan,penebel,jegu (ring jero tengah) ,,saya ingin tau apakah ada lambang untuk puri agung semarapura??

  25. “smoga semua mahluk berbahagia”,,, kalau babad di perdebatkan sungguh akan tidak ada habisnya ,, terlebih lagi pada jaman sekarang ini,,,, konsep manusa pada,bagi saya sangat tepat, yang lebih penting lagi bagaimana kita bisa medarsana ,, ngune dike,,,, bakti kepada orang tua,, leluhur,,, lan Ide Hyang Widhi,,,, Manusia di lahirkan sama,,,, yang membedakan hanyalah,,buah karma nya nanti di alam sana,,,, hendaknya jangan terkotak kotak oleh warih,, trah,,,, dan entah apa namanya,,,,,,,,, sadarlah akan pengaruh dagang bakso,,,, dagang canang sube liunan anak Jawa…. odalan di pure sad khayangan,,, ken tongos parkir sing maan ,, ulian dagange mekacakan,,,,,,,,,,,,, mari kita sadar,,, sampunang ngerebutin balung tan pe isi,,,,,,,,,

    ” wenten kone cloka sane maosang,,, barang siapa yang sujud dan bhakti kepadaku dengan tulus iklas,,, aku akan membalas nya dengan lebih dan melindunginya,,”

    sallam

    warse

  26. Adalah seorang Trowulan yang saat ini bermukim di Bali dan mengaku diri sebagai Raja Majapahit-Bali dengan mengambil gelar abhiseka HYANG BATHARA AGUNG SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI. Hal ini cukup menggelikan dan hanyalah orang-orang yang tidak memiliki wawasan Majapahit yang percaya akan hal ini.
    Baiklah kita tinjau letak kejanggalan-kejanggalan yang sengaja dimunculkan
    Pada sumber-sumber sejarah Majapahit tidak pernah dikenal istilah WILATIKTA, baik prasasti-prasasti yang ada maupun kakawin Negarakertagama hanya mengenal istilah WILWATIKTA atau TIKTAWILWA, wilwa berarti buah maja dan tikta berarti pahit, jadi WILWATIKTA berarti Majapahit. Sekali lagi yang ada adalah Wilwatikta dan bukan Wilatikta.

    Kakawin Negarakertagama yang berjudul asli Desawarnana di dalam pupuh LXXXIII bait yang ke 3, menyebutkan hal yang demikian : “Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya, Hyang Brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama ….”. Dari uraian pupuh ini jelaslah bahwa Brahmaraja adalah seorang pendeta, brahmana yang menguasai kitab Weda, jadi bukan raja.

    Selanjutnya dikatakan sebagai berikut, Brahmaraja XI, adalah raja Majapahit-Bali, hal ini lucu sekali dan sangat menggelikan. Sepanjang sejarah kerajaan Majapahit, kerajaan ini (Majapahit) tidak pernah berdiri di Pulau Bali, bahkan Bali adalah wilayah tundukkan Majapahit, jadi Bali berstatus sebagai kerajaan bawahan Majapahit.

  27. tyg baru baca dan ingin tahu siapa sebenarnya arya kenceng tegeh kuri ? menurut babad yang tyg baca beliau merupakan putra dalem yang dipertisentanekan kepada arya kenceng. yang ingin tyg tanyakan arya kenceng tegeh kuri putra dalem yang mana ?

  28. versi Museum gedong Kertya , Universitas leiden belanda , Puri tabanan dan Puripemecutan serta puri denpasar , Puri agung klungkung menyatakan Arya Kenceng tegeh Kori itu nama aslinya kyai tegeh langsung beristana di tegal badung … sedangkan ada versi PANDBTK menyatakan bahwa arya kenceng tegeh kori itu putra dalem yang diberikan ke arya kenceng.. jadi mana yang benar ini ?

    • om swastyastu,

      Sulit membuktikan suatu kisah dimana kita tidak menjalaninya.
      Kisah ini telah terjadi berabad-abad yang lalu, sulit untuk memverifikasi mana yang benar.
      Kami sebagai warihnya menggunakan babad yang diturunkan turun-temurun dalam keluarga kami. Babad ini dibaca setiap 6 bulan sekali.
      Dalam Babad kami, Tegeh Kori adalah Putra Dalem. Ini yang kami percayai dan kami sembah sebagai Bethara Kawitan kami

      shanti
      Made M.

      • Om Suastyastu
        makasi pak made atas penjelasanya tapi yang tyang belum mengerti tentang tegah kori merupakan putra dalem putra dalem yang mana dan bergelar siapa yang bertahta ditegal badung karena kekurang tahuan kami sehingga kami masih simpang siur dan tidak ada yang tau pasti untuk itu kami mohon kiranya memberikan kejelasan sehingga kami lebih jelas kemana seharusnya kami sujud bakti kami terhadap leluhur kami Om Santhi, santhi, santhi Om

  29. rahajeng…tityang polih tangkil ring grya Jro agung tegal ( Pura sari ) dan kecunduk langsung sareng Ida Pedanda irika , dan beliau mengatakan disanalah letak dan situs Puri Arya kenceng tegeh kori ( bukan Tegeh Kuri ) dari Anglurah tegeh kori I sampai Anglurah tegeh kori IV , serta disanalah letak merajan agung Arya kenceng tegeh kori kini bernama Pura sari.
    menurut beliau :
    1. berdasarkan prasasti di Puri dan jro treh Arya kenceng , raja purana, peninggalan leluhur, data dari museum gedong kertya, universitas leiden belanda , tertulis bahwa arya kenceng tegeh kori ( bukan kuri ) merupakan putra kandung arya kenceng yang beribu dari desa tegeh tabanan dan bukan putra dalem.
    2. tidak ada hubungannya antara Pura kawitan yang di benculuk dengan Pura sari yang ada di tegal,

    3.sampai saat ini Puri agung Tegaltamu tetap merupakan moncol dan treh / generasi penerus dari Puri tegeh Kori dan setiap yang merupakan treh arya kenceng tegeh kori pasti bermoncol di Puri Agung tegal tamu.
    4. Sampai saat ini seluruh Puri dan jro treh Arya kenceng tetap mengakui bahwa Arya kenceng tegeh kori adalah saudara kandung mereka dan berpusat di Puri tegaltamu bukan di Benculuk.

    demikian info yang tyang bisa berikan kiranya bisa berbagi.. tityang juga bingung dengan sejarah yang ada 2 versi..makanya tyang sama keluarga mencari kesujatian ..siapa leluhur saya ..suksma

    • Om swastiyastu pak agung tyang mengucapkan terimakasi atas penjelasan karena pernah tyang muspa di benculuk bahwa pura dibenculuk merupakan pusat dari pada terah arya tegah kori menurut pemangku yang ada disana makanya kami merasa kurang pas untuk hal tersebut kami mohon kiranya pak agung memiliki sisilah yang benar arya tegah kori tolong ditampilkan dalam bulog ini untuk dapat kami pedomani karena kami juga merasa kebingungan dengan adanya sejarah 2 versi
      Om santhi, santhi, santhi Om

  30. rahajeng pak putu : coba lereh buku ” Perjalanan Arya Damar / Kenceng di bali ” karya Yayasan Kerti Budaya.. lalu bandingkan buku tersebut dengan buku tentang Tegeh Kuri seperti : babad Arya kenceng Tegeh Kuri karya segatri putra, rekontruksi arya tegeh kuri karya Bpk. Nyoman Suartha ( Pengastulan ).. nanti pak putu pasti menemukan perbedaannya yang sangat menjolok.. suksma

  31. wasudewa kutumbhakam…

  32. Great post. I was checking continuously this blog and I’m impressed! Extremely useful info particularly the last part 🙂 I care for such info much. I was looking for this particular information for a very long time. Thank you and best of luck.

  33. OM Swastyastu,
    kalau ada kisah lanjutannya,mohon dibabarkan lagi pak made, suksma

  34. Om swastyastu
    Pak made, tiang mesemetonan sareng pak made, semangat !!! Jngan berhenti untuk mencari tahu dan belajar, prjlnan hidup tiang nyaris sama seperti postingan babad di atas dan tnpa disengaja dan rekayasa. saya prnh brjln2 tnpa tujuan smpai pd danau yg ad disongan dan ada ikatan yg baik skali sama semeton bendesa bahkan dihargai layaknya raja yg jaraknya beberapa kilo dari danau songan yg 98% warganya semeton bendesa dan saya spt berada didepan cermin dari babad yg pak made posting.
    Saya tdk tau apa ini bagian dari panggilan leluhur atau cm suatu pengalaman kebetulan belaka yg membuat saya smakin yakin bhwa saya berasal dari SHRI NARARYA DALEM BENCULUK TEGEH KORI spt babad yg pak made posting !!!
    Maaf jika ada slh kata atau kurang berkenan dihati semeton sami krn saya cm menceritakan pengalaman hidup yg penah saya lewati persis spt itu.
    Semoga semua mahluk berbahagia
    Shanti.

  35. Om Swastyastu

    Pak Made, Ty tunggu Babad Arya Kenceng Tegehkuri bag 4

    suksme

Tinggalkan Balasan ke maade juliantara Batalkan balasan