Babad Arya Kenceng Tegehkuri Bag 2

Dikisahkan kemudian penyerbuan Mahapatih Gajah Mada disertai para Arya ke Bali pada tahun 1343 berhasil baik dengan kemenangan Patih Gajah Mada. Patih Pasung Grigis menyerah di tawan dan diajak ke Majapahit. Sebagai Sang Prabu di Bali ditunjuk dan didudukan Sri Kresna Kepakisan, bergelar Dalem Samprangan, berkedudukan (istana) di Samprangan di sebelah timur tukad Cangkir di Gianyar searang (waktu itu kota Gianyar belum ada). Dalam Samprangan bertahta dari tahun 1350-1380. Para Arya dari Majapahit yang menyertai Sri Kresna Kepakisan ke Bali ada 10 orang yaitu:

DSC02696

  1. Arya Kenceng: kemudian bersentanakan Ngurah Tabanan dan Arya Kenceng Tegeh Kori. Beliau diberi kekuasaan di Tabanan dengan tugas kewajiban mengamankan, mengemong dan mengembangkan wilayah tersebut di beri pengiring (rakyat) sebanyak 40.000 orang.
  2. Arya Sentong: kemudian bersentanakan Pacung Carangsari dsb. Diberikan kekuasaan sama seperti Arya Kenceng, bertempat tinggal di wilayah Pacung diberi pengikut (rakyat) sebanyak 10.000 orang.
  3. Arya Kutawaringin: kemudian berstanakan di Kubon Tubuh. Tugas sama dengan pertama dan kedua di atas bertempat di Gelgel dan dengan pengiring (rakyat) sebanyak 5000 orang.
  4. Arya Tan Wikan (Arya Belog); kemudian berstanakan di Kaba-Kaba. Beringkit, tugas sama dengan nomor satu, dua dan tiga diatas bertempat di Kaba-Kaba dengan pengiring (rakyat) sebanyak 5000 orang
  5. Arya Kanuruhan: berstanakan di Pegatepan, Brangsinga. Tugas sama dengan 1-4 di atas.
  6. Arya Manguri: berstanakan di Dauh Bale Agung Penulisan, Pengalasan, tugas sama dengan 1-5 diatas dan diberi pengiring secukupnya.
  7. Arya Pengalasan: berstanakan di Cemeng Gawon. Tugas sama dengan 1-6 diatas diberi rakyat sama.
  8. Arya Wang Bang: berstanakan Pering Cagaan, Sukaet, Toh Jiwo, Penataran. Tugas sama dengan 1-7
  9. Arya De Laneang; berstanakan di Kapal. Tugas sama dengan para Arya di atas.
  10. Sira Wang Bang; berstanakan di Pina. Tugas sama dengan para Arya di atas.

Setiba di Bali membangun Puri di Samprangan mengikuti cara pembangunan istana di Majapahit.

Setelah Ida Dalem berada di Bali datang lagi menyusul memperkokoh pertahanan dan keamanan pemerintahan Dalem:

  1. Arya Gajah Para ditempatkan di Tianyar dengan tugas sama dengan para Arya tersebut di atas. Arya Gajah Para kedatangannya ke Bali disertai tiga orang Wesya bersaudara:
  2. Tan Kober, ditempatkan di Pacung
  3. Tan Kawur, ditempatkan di Abiansemal
  4. Tan Mundur, ditempatkan di Cacahan.

Arya Gajah Para ditempatkan di Tianyar dengan tugas sama dengan para arya tersebut di atas.

Diceritakan dalam sejarah bahwa setelah beberapa tahun lamanya Sri Aji Dalem Samprangan memegang tali pemerintahan di pulau Bali, mulai nampak keamanan dan ketentraman serta kegairahan rakyat pulau Bali berangsur-angsur mendapat kemajuan yang pesat. Jalannya pemerintahan mulai tambah lancar dan sangat teratur, hubungan antara bagian-bagian wilayah di Bali lancar dan aman serta kemakmuran rakyat mulai nampak dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak.

Diceritakan bahwa Sri Aji Dalem Bali mempunyai permaisuri seorang putri Brahmani. Demikian juga halnya dengan Sira Arya Kenceng. Beliau juga beristrikan putri Brahmani, yaitu seorang putri adik kandung dari permaisuri Sri Aji Dalem. Dengan demikian maka Sri Arya Dalem jelas masih kakak ipar dari Arya Kenceng. Sira Arya Kenceng menjadi pejabat kerajaan yang tertinggi, merupakan pejabat yang terkemuka dalam pemerintahan Sri Aji Dalem. Karena demikian halnya, maka hubungan Sira Arya Kenceng, di luar maupun di dalam tugas kerajaan, adalah sangat dekat dengan Sri Aji Dalem, selaku pejabat tertinggi dan selaku kakak ipar.

Pada suatu hari Sira Arya Kenceng dianggap melakukan suatu kesalahan ingin menyamai kedudukan Sri Aji Dalem, karena berpakaian menyerupai Sri Aji Dalem (bersumpang sekar cempaka putih mebalut sekar sandat warna hijau, sekilas serupa dengan kembang cempaka wilis hijau yang hanya boleh dipakai oleh Sri Aji Dalem) ditambah difitnah oleh  Pejabat yang lain yang menuduh Sira Arya Kenceng memasang guna-guna dan pengeger  agar bisa disayang oleh Dalem dan Dalem tunduk pada Sira Arya Kenceng.

Beliau di hukum oleh Sri Aji Dalem, dari pajabat tertinggi menjadi pejabat terendah di dalam istana, yaitu menjadi kepala kebersihan seluruh bangunan dan halaman maupun pertamanan istana.

Tidak terkira rasasanya pedih dan sedih serta sakit hati Sira Arya Kenceng mengenang nasibnya difitnah dan harus mengalami hukuman sehina ini tanpa dosa apapun, namun Beliau tidak merasa putus asa untuk bisa kembali ke kedudukannya. “Hanya percobaan Hyang semata-mata” pikir Beliau. Beliau yakin akan keadilan Hyang. Dan pada suatu saat Beliau pasti bisa kembali pada kedudukan semula.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari berkeliling istana Beliau bisa bertemu dan beramah-tamah dengan seluruh penghuni istana maupun para abdi istana, cepat berkenalan dan bergaul dengan bebas kepada para putra-putri Baginda Dalem maupun para pengasuh serta semua para bawahan istana lainnya dengan sangat akrab. Dalam keadaan beginilah beliau selalu ingat dengan putranya sendiri yang berada jauh dari Buahan Tabanan, yang sangat gelisah menunggu kedatangan ayahnya.

Diceritakan dalam sejarah bahwa Sri Aji Dalem Bali pada saat itu mempunyai beberapa orang putra diantaranya ada yang baru berumur sekitar satu tahun, baru sedang lincah-lincahnya merangkak. Putra Beliau ini merupakan putra kesayangan Dalem yang sering digendong dan ditimang-timang oleh Dalem sendiri. Pengasuh putra Dalem, maupun para abdi lainnya juga teramat sayang pada putra Beliau.

Maklum pura siapa sebenarnya Sira Arya Kenceng kepala petugas kebersihan istana itu. Mereka masih tetap hormat, segan dan Bhakti padanya. Seringkali Putra Dalem berada dekat dan ditimang-timang Sira Arya Kenceng. Sang Putra Raja ternyata sangat senang berada dekat pada Sira Arya Kenceng. Sira Arya Kenceng sering bercanda dan ngemong Putra Dalem ini. Hal ini menyebabkan bahwa putra lambat laun menjadi sangat senang berada pada Sira Arya Kenceng dan menjadi sangat akrab “Ngikut”, senang dan tidak takut lagi pada Sira Arya Kenceng. Sang raja putra malah sangat gembira bila berada dekat pada Sira Arya Kenceng (yang sedang di hukum).

Pengasuh raja Putra itu sering juga mengajak sang putra bermain di dekat ataupun memasuki balairung itu bila tempat ini sedang dalam keadaan kosong, agaknya sang Raja Putra sudah biasa diajak naik turun, keluar masuk gedung balairung itu.

Dalam keadaan terhukum seperti keadaan Beliau sekarang ini Sira Arya Kenceng tiada hentinya berfikir untuk menemukan jalan keluar secara terhormat bisa bebas dari hukuman dan fitnahan ini. Tuhan selalu menyertainya. Akhirnya  Sira Aya Kenceng menemukan sesuatu jalan dan akal melalui kesempatan baik untuk menolong dirinya dari belenggu hukuman itu.

Jalan keluarnya sebagai berikut: pada suatu persidangan Sri Aji Dalem sedang duduk dihadap oleh para mentri dan semua abdi negara. Sang Raja putra yang masih kecil asyik bermain di belakang balairung ditemani oleh sang pengasuh dan Sira Arya Kenceng kala-kala sedang menjalani hukuman. Pada kesempatan ini Sang Raja Putra dinaikkan oleh Sira Arya Kenceng di atas dataran dari belakang balairung, di belakang tempat duduk Baginda Sri Aji Dalem. Melihat baginda maka Sang Raja Putra gembira merangkak dari belakang Dalem dan naik di atas bahu Sri Aji Dalem, serta terus meraba bahu Ida Sri Aji Dalem. Dalem jadi sangat terkejut yang tidak kepalang.

Dalam keadaan sidang yang geger karena Sri Aji Dalem terkejut Sira Arya Kenceng berlari mendekat dan menghampiri Sri Dalem dan Sang Raja Putra serta mengangkat dan melepaskan sang Raja Putra dari bahu Baginda Sri Dalem dengan ucapan mohon ampun permisi, katanya, “Ngelungsur pengampura, nunas nugraha ping banget Sri Dalem” Sri Aji Dalem “nyonget” ke atas belakang (inggil ungkur). Sri Dalem bersabda dengan nada agak kesal pada Sira Arya Kenceng yang duduk dalam sikap sujud duduk di belakang agak jauh, “Pinter benar rayi Arya membuat intrik-intrikan, Putraku telah mengambil dan memegang bahuku. Putraku telah berbuat dosa tata krama. Menurut tata krama yang tersebut dalam lontar: “Lontar Raja Niti Sang Pandita” disebutkan bahwa tat kala Sang Nata telah berbusana kebesaran ratu, sang putra yang manapun tidak boleh gegabah, sengaja maupun tidak sengaja memegang ayahanda prabu sampai ke bahu, itu disebut “Rarebangeran”.

Setelah sejenak mengenang putra baginda, Ida Sri Aji Dalem bersabda lagi pada Sira Arya Kenceng, “ Nah Rayi Arya Kenceng, ini mungkin titah kehendak Hyang Widhi, aku tidak boleh menolak keputusan Hyang ini. Aku terima dengan ikhlas dan tulus hati keputusan Hyang Widhi ini. Putraku telah berbuat dosa. Telah menjadi kehendak Hyang Widhi bahwa putraku harus menjadi putra rayi Arya. Putraku harus berpisah dariku. Kakang merelakan dengan segala keikhlasan hatiku pada rayi, untuk mengambil putraku ini menjadi putra rayi Arya. Ambilah dia sebagai putra rayi dan bawalah dia ke Buahan sebagai anak angkat. “Desa Buahan (kota Tabanan saat itu belum ada, kata Tabanan hanya baru menjadi nama wilayah. Ibu kota yang sekarang bernama Tabanan dulukala bernama Singasana Natha Tabanan untuk kota baru dipakai jauh kemudian: tempat istana Sira Arya Kenceng berada di Buahan, kini 3 km dari kota Tabanan.

“Kakang ikhlas menghadiahkan putraku menjadi putra rayi Arya, namun ada amanatku kepada rayi Arya yang harus rayi Arya patuhi. Bikinkalah putraku ini upacara yang disebut: “Meperas Mebaleman” (apisekam) dan diatasnya “ Mapeteteh” dengan kepala kerbau. Persaudarakanlah dia dengan putra rayi Arya nanak Ngurah Tabanan. Berilah dia gelar Arya Kenceng Tegehkuri, karena dia berdosa naik mengatasi bahuku dibelakangku (metegehin bahu Dalem dari keuri = inggil ungkur). Ia masih boleh memakai upacara Raja Putra. Berangkatlah sekarang rayi Arya Kenceng, berangkatlah putraku! Hyang Widhi menyertaimu (Dalem mengusap-usap bahu putranya). Demikianlah amanatku, semoga Hyang Parama Kawi menyertai Rayi Arya, menyertai Putraku Tegehkuri.

Mendengar keputusan sabda Dalem, perasaan terharu bukan kepalang dan tidak terkirakan senang hati Sira Arya Kenceng. Pertama-tama Beliau telah terbebas dari hukuman dan dapat menduduki kembali kedudukannya selaku patih pertama dan kekuasaannya atas daerah Tabanan dan sekitarnya. Kedua Beliau mendapat Karunia Hyang Widhi dan hadiah dari sesuhunan Sri Aji Dalem Bali, seorang raja putra yang sangat tampan, begitu bagus (melik) dan cerdas. Sira Arya Kenceng menyambut hadiah dan karunia Dalem, sang putra raja, dan dengan segala kehormatan menyembah mohon diri dengan menggendong sang raja putra Arya Tegehkuri lengkap diiringi oleh sang pengasuh dan pengiring pasukan secukupnya pulang kembali menuju ke istana Beliau di desa Buahan di wilayah negara Tabanan yang tetap menjadi daerah kekuasaanya kembali………(bersambung)

~ oleh made24 pada Agustus 27, 2009.

69 Tanggapan to “Babad Arya Kenceng Tegehkuri Bag 2”

  1. Babad sering bersifat subjektif, dan biasanya meninggikan si penulis(atau pihak yang menulis) dan merendahkan pihak yang lainnya

    Saya sedikit menyangsikan point dimana Sira Arya Kenceng dihukum hanya karena memakai bunga yang mirip dengan Dalem.
    Pertama : Sira Arya kenceng adalah Seorang panglima perang yang menundukkan bali dan merupakan Arya yang paling Utama, terbukti mendapatka 40.000 orang pasukan sementara arya2 lainnya hanya 5-10000 pasukan. Sementara Dalem yang pertama adalah seorah Brahmana yang kebetulan ditunjuk oleh gajah mada untuk menjadi raja bali, jelas tidak mempunyai kemampuan perang, memimpin pasukan dan tentu kedudukannya sangat rentan jika harus berhadapan langsung dengan para Arya apalagi Arya Tabanan yang termasuk pemimpin, dan masih merupakan Saudara dari Arya Damar dan Paman dari Hayam Wuruk (menurut Babad Ratu Tabanan)

    Kedua, Pada masa pemerintahan Raja tabanan ke Dua, beliau sangat tidak terima dengan perlakuan dalem yang mengawinkan adik beliau tanpa sepengetahuan beliau, dan kemudian menyerahkan tahtanya kepada putranya agar tidak lagi diperintah oleh dalem

    Ketiga, pada masa pemerintahan Sri Magadha Prabu, beliau menyatakan sudah tidak tunduk lagi kepada Dalem, karena menganggap dalem ingkar janji dengan ikut merencanakan pembunuhan Ayahnda beliau (Bhatara Nisweng Penida) sehingga terbukti kemudian Tahta Dalem direbut oleh Ki Gusti Agung Maruti

    Keempat , berdasarkan babad-babad yang lainnya, kerajaan Tabanan, sangat disegani, sehingga hampir tidak pernah di serang oleh kerajaan-kerajaan lainnya, bahkan Dalem pun tidak berani memberikan sangsi walaupun beberapa kali raja tabanan, menyatakan tidak tunduk lagi kepada dalem.

    Kelima, Raja Tabanan dan keturunannya (Raja Badung) adalah Ksatrya2 yang utama, terbukti pada tahun 1906, hanya dua kerajaan ini yang menyatakan tidak tunduk kepada Belanda, dan melakukan puputan. Raja Tabanan muput raga karena tidak mau dihina ditawan oleh Belanada. Apalagi leluhur beliau (ida shri Arya Kenceng) jika dihukum menjadi pejabat terendah, saya yakin beliau pasti berontak atau muput raga.

    salam

    Panji Astika

  2. Om Swastyastu,

    Suksma sampun memberikan tanggapan atas Babad Leluhur kami.

    Adalah hak setiap orang untuk memberikan tanggapan setuju maupun tidak setuju. Itu wajar-wajar saja.

    Kesangsian juga adalah hal yang wajar, karena itu sifat alami manusia. Perlu diperhatikan bahwa Beliau di hukum bukan hanya karena berpakaian menyamai sang Prabu, namun juga karena fitnah dari seorang pejabat istana yang iri akan kedekatan Sang Prabu dengan Arya Kenceng (Menurut Babad).

    Perkenankan saya menanggapi komentar Pak Panji:
    Pertama;

    Beliau memang ikut menundukkan Bali namun,anggapan bahwa Arya Kenceng yang menundukkan Bali adalah keliru, kenapa? :

    1. Bali bisa ditundukkan setelah Patih Utama Bali Kebo Iwa yang menenggelamkan setiap kapal perang Majapahit, ditipu oleh Gajah Mada sehingga berhasil di bunuh di Majapahit (Baca Kisah Kebo Iwa di Blog ini) Kekuatan Bali berkurang.

    2. Bali bisa ditundukkan karena diserang dari segala penjuru yang dipinpin oleh Gajah Mada, Arya Damar dan punggawa-punggawa lainnya bersama Arya Kenceng.

    Pendapat Anda yang mengatakan bahwa seorang Brahmana tidak bisa perang dan tidak cakap dalam ilmu pemerintahan adalah salah juga kenapa…?

    1. Mpu Kuturan adalah salah satu dari Pancaka Tirtha seorang Brahmana Besar dari Aliran Buddha, adalah seorang Senapati/Panglima yang ditunjuk Dalem Bali untuk menenangkan pertikaian yang terjadi di Bali karena adanya banyak aliran-aliran Agama kala itu sehingga lahirlah Tri Kahyangan.

    2. Maha Rsi Viswamitra yang menerima wahyu Gayatri Mantra, mantar terhebat dalam Hindu adalah seorang Raja Besar.

    3. Gajah Mada begitu Hebat selain karena bakatnya adalah karena bimbingan dari Gurunya seorang Brahmana, Gajah Mada sendiri adalah seorang Putra Brahmana Buddha.

    4. Gajah Mada adalah seorang yang pinter dan cerdik, terbukti mampu menyatukan Nusantara, tentu dia tidak sembarangan dalam menunjuk orang apalagi untuk jabatan seorang Raja di daerah yang kuat seperti Bali.

    Kedua; mengenai perkawinan adik Raja Tabanan 2, Anda menulis menggunakan referensi Babad, juga tidak bisa dibuktikan kebenarannya kenapa…? karena Anda sama dengan Saya tidak menjadi saksi kejadian itu. Oleh karenanya Babad bagaimanapun itu adalah warisan dari leluhur patut dihargai, maksud kami menuliskan babad leluhur kami adalah sebagai bahan pelajaran dan motivasi untuk maju bukan untuk menngangkat diri apalagi menjelekkan orang lain seperti anggapan Anda.

    Ketiga; Kisah Sri Magadha Prabu dan Raja Tabanan 2 waktu yang berbeda antara Dalem Ayahanda Tegeh Kori (masa Arya Kenceng jadi Raja Tabanan) dengan Masa Arya Tabanan Jadi Raja apalagi masa setelahnya… itu adalah kurun waktu yang berbeda, Jadi menilai Kakeknya tidak bisa dengan melihat penampilan cucunya, demikian pula menilai Ayahnya tidak bisa dengan melihat Putranya. Soeharto seorang Presiden, belum tentu Anaknya juga presiden, ini contoh gampangnya saja…

    Keempat; Anda mengangkat Arya Tabanan dengan menggunakan Babad-babad yang lain, padahal Anda sendiri menyangsikan kebenaran Babad karena penulisannya cendrung subjektif, jelas apa yang Anda tulispun perlu disangsikan.

    Keliama; Perlu Anda ketahui yang mendirikan Kerajaan Badung adalah Tegeh Kori Arya Kenceng, bukan keturunan Raja Tabanan, Adapun kemudian Putra-putra Raja Tabanan bisa menjadi Raja di Kerajaan Badung itu setelah melakukan Kudeta/pemberontakan saat dia menjadi panglima-panglima Kerajaan Badung atas anugrah dari Dalem Bali. Kudeta terjadi saat terjadi perebutan Putri dari Tegeh Kori antara Putra Ki Pucangan dengan Agung Mengui.

    Jadi semua opini Anda patut disangsikan, mengenai Kehebatan dari Sira Arya Kenceng yang menjadi Ayah Angkat Leluhur kami yang sangat kami muliakan adalah tidak perlu disangsikan, Beliau memang Hebat, namun keturunannya tidaklah sehebat Beliau. Seperti Bung Karno dan Putra-putranya. Bung Karno sangat hebat, namun putra-putranya tidaklah sehebat Beliau…

    Demikian Pak Panji, kirang langkungne ampura, kalo ada yang benar itu adalah anugrah Tuhan, tapi kalo ada yang salah dan tidak berkenan itu murni karena kebodohan saya, semoga Beliau Para leluhur memaafkan Kami bila ada kesalahan dalam menuliskan kisah-kisah ini, karena maksud utama kami menulis adalah utk menjadi bahan motivasi utk meraih sukses seperti Ki Tegeh Kori Pendiri Kerajaan Badung.

    Om Santhih Santhih Santhih Om.

  3. Tidak benar Arya Kenceng Tegehkori yang mendirikan Badung. Mungkin saja beliau punya satu puri di Badung sebagai tempat tinggal setelah dibuang oleh Dalem. Saya rasa Arya Kenceng Tegehkori dapat dikategorikan salah seorang tokoh besar Bali kuno. Namun kesombongan keturunannya menyebabkan tidak ada satupun bekas kerajaan yang tersisa dari Tegehkori, dan mayoritas keturunannya nyireb wangsa. Sampai sekarang kesombongannya masih terlihat dari seorang tokohnya (ngakunya keturunan Tegehkori, tapi siapa tahu keturunan parekannya) yg makai gelar Shri segala.

    • Om Swastyastu,

      Pak Agung, terimakasih atas tanggapannya, setiap orang berhak untuk menulis apa saja, namun hendaknya Anda menyertakan juga bukti dari pernyataan Anda yang mengatakan bahwa Bukan Tegehkuri pendiri Badung. Menurut pak Agung siapa pendiri Badung….? Saya yakin Pak Agung adalah orang terpelajar yang selalu menuliskan sesuatu berdasarkan data bukan hanya omong kosong.

      Mengatakan negatif orang lain adalah bukan ciri seorang terpelajar, mungkin Anda pernah disakiti oleh satu dua orang dari keturunan Beliau (keluarga kami) yang secara hukum disebut Oknum. Tidak tepat bila Anda mengeneralisasi semua keturunan Tegeh Kuri adalah Sombong. Karena Anda Manusia biasa, tidak mampu bertemu dan berkomunikasi dengan semua keturunan Beliau. Bila suatu hari Anda telah bertemu dan bergaul dengan ribuan keturunan Tegehkuri dan Anda temukan mereka semua sombong…. mungkin Anda benar, namun itu mustahil.

      Kami nyineb wangsa adalah bukan karena kesombongan karena kami tahu bahwa Gelar itu harus sesuai dengan apa yang dilakoni, Jaman dahulu Gelar Gusti/Anak Agung/Ida Bagus/Cokorde/Dewagung/Dewa dll adalah bagi mereka yang menjabat sebagai aparat pemerintah (Purohito/Pandita, Raja, Patih, Punggawa, dll), Bila menjadi rakyat biasa untuk apa menggunakan gelar-gelar itu…? Anak Agung = Beliau Putra yang Agung, kalo lantas jadi tukang sampah atau kuli pasar masihkah patut menggunakan gelar tersebut…? Kami sengaja menghilangkan gelar-gelar itu dan menjadi rakyat biasa karena saat ini kami hanyalah rakyat. Dan secara agama catur wangsa tidak tepat yang ada yaitu catur warna, kita digolongkan berdasarkan guna = bakat lahir, dan karma=profesi yang dijalani..

      Kirang langkungne ampure

      Om santih santih santih Om

  4. Om swastyastu
    Suksma atas jawaban tanggapan saya yang terdahulu
    kebetulan saya baru membaca saya sedikit ingin menambahkan

    1. saya memang mengatakan bahwa babad sering bersifat subjektif dan memang demikian adanya. Namun saya tidak mengatakan untuk tidak mempercayai dan memakai babad sebagai sebuah rujukan sejarah.
    2. Arya kenceng adalah panglima perang yang menundukkan Bali, saya juga tidak mengatakan Arya kenceng satu satunya Panglima yang menundukkan Bali.
    3. Kematian kebo Iwa tidak otomatis menyebabkan kekalahan kerajaan beda hulu, bahkan kematian dalem bedahulu pun tidak membuat bedahulu menyerah. kekalahan itu harus kemudian dilalui melalui penyerangan para arya ke bali, dan tipu muslihat Gajah Mada untuk menipu Ki Pasung Grigis. Bedahulu dinyatakan tunduk, setelah ki pasung grigis menyatakan tunduk pada majapahit.
    4. Empu kuturan dan Visvamitra memang orang istimewa dan sangat berjasa dalam menenpatkan pondasi agama Hindu yang sekaran kita anut di Bali, tapi beliau tidak menyebarkan kepercayaan tersebut dengan perang fisik, beliau melakukannya dengan kasih dan pendekatan manusiawi, yang merupakan hal yang sangat wajar sebagai orang-orang yang suci. Jadi tidak relevan membandingkan antara Dalem sri kresna kepakisan dengan mereka, karena disini Dalem berposisi sebagai Raja, yang harus tangguh dalam ilmu dan taktik perang yang bersifat fisik.
    5. Saya berusaha menyelaraskan antara Babad dan kenyataan masa kini serta beberapa catatan catatan lain dan cerita cerita yang turun temurun berlaku di keluarga besar kami di Puri tabanan, sehingga apa yang kami yakini berdasar atas kesimpulan dari beberapa hal tersebut, dan saya tentu sadar kesimpulan tersebut juga bukan merupakan kebenaran yang hakiki karena tidak seorang pun yang menjadi pelaku sejarah itu masih hidup sampai saat ini.
    6. Perlu diketahui, selain tegeh kuri, Arya kenceng juga mempunyai beberapa anak angkat, dari soroh lainnya dan mereka sekarang disebut sebagai putra upon-upon yang sampai saat ini masih bakti kepada sentana Ida Shri Arya Kenceng, Ida Cokorda Tabanan.
    7. Putra Dalem tidak sekali itu saja diselamatkan oleh raja tabanan, salah seorang putra dalem sempat akan dihukum mati oleh Dalem karena tidak ikut dalam penyerangan menghancurkan Ki Gusti Agung Maruti, namun dilarang oleh raja tabanan, dan di bawa ke Puri Tabanan, ditempatkan sebagai Tabib Istana, keturunannya saat ini masih ada di Jeroan Samsam dengan sebutan Para Dewa Samsam.

    8. Cukup Ki Gusti Agung Maruti yang tidak puas dengan kebijakan dalem, mampu menghancurkan dan mengambil alih tahta Dalem. Dan Trah Arya kenceng lah yang mampu kemudian mengembalikan Dalem kembali ke Tahtanya.
    9. Mengapa Gajah Mada tidak memilih salah satu Arya menjadi Raja Bali? Mengapa harus menempatkan Putra Gurunya menjadi Raja di Blambangan, Bali dan Sasak?
    Gajah Mada memang seorang negarawan ulung, ahli strategi yang sangat pintar dan licin, tidak ada yang menyangsikannya.
    Para Arya terkemuka yang menyerang Bali adalah keturunan Ksatrya Kediri. Sedangkan Raja Majapahit adalah keturunan Singosari. Gajah mada tidak ingin keturunan kediri kembali kuat dan merebut Tahta seperti pada jaman Jaya Katwang yang menghancurkan Singosari.
    Sehingga Arya Dhamar ditempatkan sangat jauh di Palembang (dan kemudian terbukti keturunannya menyatakan tidak tunduk lagi kepada Majapahit) serta adik2 beliau hanya ditempatkan sekelas dibawah Adipati.
    Gajah mada perlu raja raja yang gampang untuk diatur dan 100% tunduk kepada kekuasaan Majapahit.
    Pada jaman Majapahitlah keturunan Kediri dilarang memakai gelar Shri dan diberi gelar Arya.
    10. Kami pun mengakui keturunan Arya kenceng tidak lah sehebat beliau, dan sama sekali tidak berani menyamai beliau. Namun kebesaran trah beliau terbukti hingga akhir jaman kerajaan di Bali, terbukti kekesatryaan keturunan beliau sampai tahun 1906 saat puputan Badung, dimana trah Arya kenceng di badung muput raga dan raja Terakhir di tabanan serta Putra Mahkota Tabanan pun Muput raga agar tidak malu menjadi jajahan Belanda. Dapat dilihat keagungan beliau masih samar2 terlihat dari kemegahan puri denpasar dan puri puri tabanan serta kerambitan yang luput dari pembakaran Belanda.
    11. Tegeh kuri diangkat anak dengan upakara yang besar, sehingga walaupun secara biologis bukan anak ida Bhatara Arya Kenceng, tetapi secara niskala beliau sah sebagai keturunan Arya Kenceng dan berhak memakai nama Arya Kenceng di depannya. Seperti juga banyak keturunan Arya kenceng yang sah secara biologis namun tidak sah secara Agama, saat ini hanya mendapat gelar Mekel atau I Gede.
    12. Kebesaran tegeh kuri hanya berlangsung kurang dari dua generasi, sehingga keturunan beliau kini tersebar di seantero Bali,banyak yang terpaksa nyineb wangsa agar mendapatkan perlindungan di suatu daerah. jika saat ini ingin kembali membesarkan beliau adalah hal yang sah sah saja, dan merupakan kewajiban dari seorang keturunan. Namun kami juga sebagai keturunan dari seorang raja Besar yang mampu mempertahankan kewibawannya sampai saat ini juga berkewajiban menjunjung nama beliau dan mempertahannya nya dengan cara cara yang baik dan penuh etika.

    Jadi mohon maaf jika apa yang saya utarakan sering terdengar bodoh dan naif, saya hanya orang biasa yang juga punya banyak kelemahan manusiawi, yang hanya berusaha menjalankan kewajiban sebagai sorang keturunan yang mungkin kemampuannya jauh dibawah kebesaran leluhur leluhur kami yang terdahulu. Maaf jika ada salah kata, Jika ada kebenaran itu murni milik Ida Shang Hyang Widhi Wasa, tentu ada banyak kesalahan, itu murni milik saya sebagai seorang manusia biasa.

    Om Shanti Shanti Shanti Om…..
    Suksma

    Panji Astika

    • Om Swastyastu,

      Suksma mewali Pak Panji, sampun ledang nyurat lan nyawis.

      Sejak awal kami jelaskan maksud utama dari penulisan kisah ini adalah untuk menjadi motivasi dan pelajaran bagi generasi penerus Ki Tegeh Kori (Arya Kenceng Tegeh Kori) selanjutnya meneladani daya juang, spritualisme yang dimiliki Beliau serta keagungan sifat dan sikap yang telah dicontohkan.

      Apa yang kami tulis disini adalah salinan dari Babad Tegehkuri yang kami dapatkan saat piodalan besar di Pura Dalem Benculuk, 23 april 2004.adalah ditulis oleh panitia karya agung berdasarkan beberapa Babad sesepuh kami “Babad Arya Kenceng Tegeh Kori” seperti:
      – Bapak Made Sudirta, karyawan Perpustakaan SMU 7 Denpasar yang yang membantu menulis “Babad Bali”
      – Bapak I Gusti Made Windia (Prasasti yang ada di Bongan, Keluarga Besar Arya Kenceng Tegeh Kori Bongan Pala Tabanan)
      – Bapak I Ketut Widia (Ketua Panitia Pura Dalem Benculuk yang berhasil memperoleh berbagai informasi salah satunya dari ” Babad Satria Taman Bali”
      – Bapak I Gede Made Kanda, Tabanan , Terjemahan Tulis Tangan dari Dalem Pulasari
      – Pemangku Mrajan Arya Tegehkuri Pengastulan
      – Babad-babad lain seperti: Babad Tabanan, Babad Mengwi, Babad Dalem milik Cokorde Gede Agung, Puri Kaleran Sukawati, Babad Badung, Babad Bali serta beberapa prasasti yang masih ada juga disertakan Silsilah Pemargian Danghyang Nirartha.

      Saya dan Anda menuliskan sesuatu yang tidak disaksikan langsung, semua berdasarkan data skunder yang tentu juga tidak bisa 100% dipegang kebenarannya.

      Banyak dari Tanggapan Pak Panji adalah berupa opini bukan data/fakta, misalnya mengenai upaya penempatan para Putra Guru Gajah Mada, untuk menjadi raja di daerah-daerah taklukkan seperti Blambangan, Madura, Bali, dll. Itu adalah hak Anda untuk berpendapat… kami sangat menghargai kebebasan setiap individu untuk menyuarakan pendapatnya, itu akan mewarnai sudut pandang yang berbeda menambah wawasan pembaca. Namun bagaimana kejadian yang sesungguhnya siapakah yang Tahu…? Hanya Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami tidak terkena upadrawa (kutuk) bila karena kelemahan menuliskan sesuatu yang tidak tepat…

      Jikalau Pak Panji menuliskan semua di atas dengan data dan fakta mohon sudikiranya menyertakan juga sumber dan dasarnya, sehingga tulisan kita bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita dan generasi muda kita.

      Berikut adalah tanggapan titiang atas tanggapan Pak Panji:
      1. Bagi kami babad adalah sebagai bahan pemebelajaran untuk mengarungi kehidupan yang tiada pasti, dengan belajar dari masa lalu memetik nilai luhurnya kemudian menghindari pengalaman buruk/negatif yang dikisahkan dalam babad. apakah pak Panji menganggap itu sebagai bukit sejarah atau tidak itu adalah hak Pak Panji, itu sah-sah saja

      2. Betul sekali Arya Kenceng tidak satu-satunya panglima yang menangklukkan Bali.

      3. Ya betul taklukknya kebo iwa belum berarti takluknya Bali, namun memuluskan upaya gajah mada menguasai Bali sehingga berhasil menawan Patih Pasung Grigis yang kemudian bergabung dengan Majapahit menjadi salah satu panglima majapahit yang menaklukkan Sumbawa, Beliau perang tanding melawan Raja Nata Dedela (Raja Sumbawa) dan akhirnya kedua-duanya gugur dalam perang.

      4. Itu sebagai bukti bahwa seorang Brahmana cakap menjadi raja, (Visvamitra dan Mpu Kuturan) dan Sri Kresna Kepakisan adalah Keturunan dari Mpu Kuturan (darah dagingnya , secara genetik tentu memiliki juga sifat-sifat kepemimpinan leluhurnya).

      5. Ya betul banget seperti yang saya tuliskan sebelumnya kita sedang mendiskusikan suatu kebenaran yang tidak kita alami, jadi mustahil kata orang, namun maksud kami menuliskan babad leluhur kami adalah sebagai bahan pelajaran bagi keturunannya, untuk meraih sukses di jaman kali yuga ini, bukan untuk tujuan yang lain.

      6. Suksma banget atas tambahan infonya, namun dalam hal ini kami hanya menuliskan kisah leluhur kami saja.

      7. Menyelamatkan putra Dalem ( rajanya plus juga kakak Iparnya) secara manusiawi wajar-wajar saja, secara hukum pemerintahan sebagai seorang patih Bali adalah kwajibannya untuk melindungi dan menyelamatkan raja dan keturunannya, Perlu di ketahui dalam hal ini kami hanya membahas putra Dalem (Tegehkuri) bukan yang lainnya.

      8. Sebagai seorang Patih sudah sewajarnya melakukan penyelamatan jika kerajaan terancam Bahaya seperti yang dilakukan oleh Patih Gajah Mada terhadap Majapahit, demikian pula sepatutnya yang dilakukan oleh Arya Kenceng, itulah membuktikan Beliau Arya Kenceng adalah seorang kesatria pilihan.

      9. Jadi menurut Pak Panji yang menjadi raja adalah mereka yang mudah diatur, bukan mereka yang memiliki kemampuan menajemen/leadership…? sebuah logika yang aneh, Beliau Sri Kresna Kepakisan adalah keturunan dari Mpu Kuturan yang hebat, jadi menurut Pak Panji Keturuan Mpu Kuturan tidak memiliki leadership hanya bisa diatur dan 100% tunduk? Menjadi seorang kepala desa saja butuh leadership, apalagi jadi camat, bupati dan gubernur atau Raja Bali.. itu mutlak adanya.

      10. Kami sebagai keturunan dari Tegehkuri yang juga putra dari Arya Kenceng, turut bangga mendengar kesuksesan para generasi Beliau,semoga kedepannya akan lahir putra2 hebat seperti Arya Kenceng yang sangat kami kagumi.

      11. Ya betul sekali demikianlah adanya.

      12. Kebesaran Tegehkuri berlangsung lebih dari dua generasi dari tahun 1460-1750 = 290 tahun, jelas lebih dari dua generasi

      Demikian Pak Panji, tanggapan titiang, kirang langkungne ampura, kalo ada yang bermanfaat dan benar itu murni karunia Hyang Widdhi, namun bila ada yang tidak berkenan dan tidak tepat itu adalah asli kebodohan dan kelemahan saya, kritik dan saran dari semeton sami selalu terbuka. Kami sangat sadar sebagai generasi yang bukan pelaku sejarah, hanyalah membicarakan sesuatu yang dituliskan orang lain, namun tujuan kami menuliskan adalah untuk sebagai motivasi dan suri teladan bagi genarasi Tegehkuri atau yang lain (yang menemukan manfaatnnya)

      Om Santih Santih Santih Om.

  5. om swastiastu. saya adalah keturunan dari Arya Kenceng Tegeh Kori. Dalam sejarah perjalanan beliau menurut babad dan lontar yang ada di Puri Agung Tegal Tamu ( Gianyar ), beliau tidak pernah membangun kerajaan di Benculuk. Tetapi atas permintaan dari Ki bendesa Manik Mas yang memohon kepada Ida Bethara Arya Kenceng agar ada salah satu putra beliau di perkenankan untuk mengisi dan menjadi raja di Badeng ( Badung sekarang)karna sudah ditinggalkan oleh keturunan dari Arya Bang Penatih di kertalangu.dan atas restu dari ayahnya kemudian beliau ( Kyai Tegeh ) menjadi raja di Tegal ( selatan kuburan Badung )dengan puri yang bernama Puri Tegeh Kori. kemudian karna ada byuta intern keluarga akhirnya beliau kesah dari puri di tegal.Mrajan Ditegal skr bernama PURA SARI ( di Gria Agung Tegal ) dan Mrajan Mayun.Kesah dari tegal beliau kekapal kemudian membangun Mrajan Yang bernama ” Pura Mrajan Mayun ” kemudian dari kapal Para putra kesah ada yang ke Tagal Tamu membangun PURI AGUNG Tegal Tamu ( Tamu saking Tegal ) dan ada yang Tinggal di Mengwitani dengan nama jero ” JRO GELGEL ” dan di Tabanan malkangin” JRO TEGEH” dan masih banyak yang kesah mencari tempat soang -soang.dan perlu di ingat bahwa putra kandung dari Ida Bethara Arya Kenceng adalah sbb:
    1.Sri Megada Prabu
    2.Sri Megada Natha
    3.Kyai Tegeh ( Arya Kenceng Tegeh Kori )
    4.Kyai Luh Tegeh
    saya jadi ragu kenapa bisa di bilang Arya Kenceng Tegeh Kori itu putra Dalem ?
    Pada waktu acara simakrama Preti sentana Arya Kenceng sebali yang hadir pada waktu itu adalah:
    1. Puri Agung Tabanan
    2. Puri Agung Pemecutan
    3.Puri Agung Kesiman
    4.Puri Agung Peguyangan
    5.Puri Agung Klungkung
    6.Puri Agung Denpasar
    7.Jro Gelgel
    8.Puri Jro Kuta
    dan banyak jro-jro yang datang tetapi tidak ada dari bongan.
    semua penglingsir membawa raja purana dari puri masing -masing tetapi tidak ada yang mengatakan bahwa Arya Kenceng tegeh Kori adalah putra dalem. suksma

    • Om Swatyastu,

      Suksma banget katur ring Gung Wah.. sampun ledang nyurat ring blog titiang.
      Inggih demikianlah keadaannya memang tidak bisa kita pungkiri, perbedaan muncul di sana-sini dalam mengutarakan sejarah, apalagi kita yang menerima ini hidup jauh setelah masa beliau, tidak ikut menyaksikan secara nyata. Namun hendaknya perbedaan ini disikapi dengan positip sebagai bentuk nyata dari dinamika kehidupan. Seperti yang semeton sami ketahui bahwa leluhur kita berpencar melalui berbagai situasi yang sulit dalam kurun waktu yang sangat panjang

      Ciri hidup adalah adanya perubahan, adanya perkembangan, artinya ada perbedaan dengan yang sebelumnya, oleh karena itu marilah kita petik manfaat positif dari peninggalan sejarah para pendahulu, agar bisa kita gunakan sebagai suri teladan dalam melangkah, selanjutnya mampu mengharumkan nama keluarga dan leluhur.

      Apa yang kami warisi dari leluhur kami adalah seperti yang kami tuliskan, sehingga ini pula yang menjadi dasar kami dalam melakukan pemujaan kepada leluhur, ketika kami bertirtha yatra ke Pura Besakih maka pertama kami akan sembahyang ke pedharman para Arya (Arya Kenceng = ayah angkat), kemudian naik ke pedharman Dalem Bali (ayahandanya)…

      Kalo sejarah seperti yang dituliskan Gung Wah benar, tolong ceritakan bagaimana kisah munculnya nama Tegeh Kori, Bagaimana Kisahnya Beliau hingga nyampe di desa Tonja. Kenapa tidak ada nama Arya Tabanan sebagai Putra dari Arya Kenceng yang kemudian menjadi Raja Tabanan…?

      Inggih suksma… semoga damai selalu

      Santih
      Made M./ Abu Dhabi

  6. Terima kasih atas tanggapannya.

    -Bagaimana Gajah mada memilih putra-putra gurunya menjadi raja di bali, blambangan dan lainnya masih menjadi misteri. Karena dalam babad tidak pernah dijelaskan prestasi dan peran mereka kecuali hanya sebagai putra dari guru gajahmada, (kalau saya salah mohon di jelaskan dimana peran mereka selama itu sebelum diangkat oleh Gajah Mada???). Bahkan Gajah mada harus mengirim lagi beberapa arya ke Bali untuk memperkuat kedudukan Dalem Sri Kresna Kepakisan karena hampir beliau ingin kembali ke Jawa karena tidak kuata dengan tekanan yang terjadi (buku Sejarah leluhur orang Bali). Jadi menyatakan mereka cakap sebagai raja juga hanya merupakan OPINI belaka. Terbukti kemudian kerajaan Gelgel jatuh oleh ki Gusti Agung Maruti dan Dalem kemudian hanya berkuasa di KLUNGKUNG.

    – Raja Tabanan bukan patih dari dalem, saat itu sistem kekuasaan bersifat bertingkat. Beberapa arya yang dikirim oleh Gajah mada memang menjadi patih dari dalem, tetapi Raja Tabanan adalah raja yang berdaulat, mempunyai daerah kekuasaan sendiri dan rakyat sendiri. Sehingga pada masa pemerintahan Sri Magada Sakti Beliau memproklamirkan untuk tidak lagi menjadi bagian dari kerajaan Gelegel karena mengannggap Dalem bersekongkol untuk membunuh ayah beliau (bhatara nisweng penida) dan mengutuk dalem karena telah mengingkari sumpah kebersamaan antara dalem dan raja tabanan.
    _ Jika memang melihat dari sisi leluhur, Arya kenceng adalah putra dari ADWAYA BRAHMAN, Sri Tinuheng Pura beribu Dara Jingga (sira Alaki Dewa) (adik/putr dari) Aditya warman (arya Dhamar) Raja Palembang, Gajah mada sendiri memanggil beliau sebagai Tuannya, Ipar dari Tribhuwana paman dari Hayam Wuruk, dan garis keturunan dari Airlangga.

    Jadi saat ini saya menilai banyak orang kemudian sibuk mencari babad, mengklaim keturunan dan membanggakan hal tersebut. Padahal mungkin garis keturunan tsb hanya kira kira dan berdasarkan bukti yang tidak akurat. Maaf, bukannya congkak… kami di keluarga besar mempunyai catatan nama-nama leluhur kami dari abad ke 14 sampai ke anak saya sendiri. Dan kami bersyukur kami masih diwariskan Puri yang masih menyisakan bukti kebesaran leluhur kami dimasa lalu, dan setidaknya masih berperan dalam adat dan istiadat di masa kini.

    salam hormat

    Panji Astika

    • Om Swastyastu,

      Pak Panji,
      Gajah Mada mengangkat putra dari gurunya,dan disetujui oleh Penguasa Majapahit saat itu, tentu Beliau sangat paham akan kewisesan orang yang akan diangkatnya. Sangat naif bila orang seperti kita mempertanyakan kemampuan Gajah Mada yang telah berhasil menyatukan Nusantara sementara kita sendiri belum mampu memberikan torehan sejarah minimal buat Bali Deh…. apalagi Nusantara….

      Bali dari jaman dahulu adalah sebuah negara kuat, bahkan Cina sendiri tidak pernah bisa menguasai, tidak seperti daerah lain. Dan keadaan di Bali memang beda, Gajah Mada pingin keadaan cepat pulih pasca perang, sudah sangat wajar dia mengirimkan tenaga-tenaga akhlinya untuk memperolah hasil yang cepat, maka diperlukan tenaga yang lebih banyak.

      Jatan Patih adalah jabatan tertinggi no 2 setelah raja, saya pikir Pak Panji tela mengetahuinya bila Bapak suka sejarah, Adapun beliau berkata Tuan pada Arya Damar, karena penghormatan, demikianlah seharusnya seorang yang berilmu tinggi, rendah hati, menghormati orang yang walaupun jabatannya lebih rendah.

      Arya Damar/Aditya Warman, adalah salah seorang petinggi majapahit yang memiliki kemampuan luar biasa, beliau terkenal dengan ajian gedeg siunya. Beliau yang membersihkan selat malaka dari para bajak laut. Beliau menjadi wakil majapahit di wilayah Svarnadwipa. Suatu hari ada laporan kalo beliau mau melepaskan diri dar Majapahit, kemudian di kirimlah tentara untuk menghukum beliau. Aditya Warman yanng agung kemudian menyadari bahwa perang melawan tentara majapahit adalah sama dengan perang saudara, Beliau memang tidak bersalah, maka beliau menawarkan adu kerbau. Kecerdikan Beliau yang luar biasa sehingga Beliau mengirimkan Anak Kebo yang dikepalanya dipasang pisau. Pertarungan dimenengkan oleh Beliau diberilah nama kemudian Menang ngadu kebo menjadi Minangkabau.

      Ketika Anda menilai dan mengatakan orang lain negatif (“menilai banyak orang kemudian sibuk mencari babad, mengklaim keturunan dan membanggakan hal tersebut. Padahal mungkin garis keturunan tsb hanya kira kira dan berdasarkan bukti yang tidak akurat” Anda sebenarnya sudah congkak…..(maaf bila tidak berkenan).

      Di keluarga kamipun ada, kami sebut sebagai Prasasti, yang dibacakan pada hari-hari tertentu yang dikeramatkan, agar setiap keluarga memahami essensinya yaitu, menjadikan suri teladan untuk kemudian berprestasi dalam hidup, bukan sombong-sombongan…

      Selamat tiang ucapkan buat Keluarga pak Panji yang telah mampu menyusun dan melestarikan, silsilah keturunannya, dan akan menjadi lebih bagus lagi apabila terimplementas dalam pikir, kata, dan prilaku yang suci….sesuai prilaku Ki Tegeh Kuri, Arya Kenceng, Arya Damar, Gajah Mada (selaras antara pikiran, perkataan dan prilakunya….)…Semoga harta warisan yang sangat berharga itu benar-benar dimanfaatkan untuk kebaikan.

      kirang langkungne ampura.

      santih

      Made M

  7. om swastyastu
    maaf wenten driki sane keturunan Arya Damar??
    suksma
    😀

  8. Bapak Rai

    Ada tiga versi mengenai Arya Dhamar
    1. Arya Dhamar identik dengan Adityawarman Putra dari Dara Jingga
    dengan Adwaya Brahman
    2. Arya Dhamar Identik dengan Arya Kenceng
    3. Arya Dhamar kakak kandung dari arya kenceng.

    tapi semua babad mengatakan Arya Dhamar kemudian menjadi raja di
    Tulembang (Palembang) sedangkan Aditya Warman adalah pendiri kerajaan Pagaruyung.

    Puri puri di Denpasar meyakini Arya kenceng adalah putra dari Arya Dhamar, karena pada saat penyerangan ke Bali, Beliau Arya Dhamar berusia sekitar 50 an tahun, sehingga wajar mempunyai putra-putra yang sudah dewasa.

    Puri puri di Tabanan meyakini Arya Dhamar adalah kakak dari Arya Kenceng dan adik dari Raden Cakra Dara (suami ratu Tribuana, ayah dari Hayam Wuruk sesuai dengan babad arya Tabanan.

  9. saya masih muda bli..
    cm tiang lagi pngen tw aja silsilah Arya Damar..
    jadi kalo bs dikatakan, arya damar itu lebih tinggi dlm hal derajat2 arya ya??

  10. Bli Rai, tyang juga masih muda baru berusia 25 tahun (10 th yang lalu)

    Rasanya drajat jaman dahulu tidak ditentukan oleh keturunan saja tapi juga posisi dan jabatan yang dipegangnya. Ken arok seorang anak yatim, bukan dari kasta manapun hanya dikenal sebagai perampok, namun setelah menjadi raja singosari baru di agungkan.

    Raden wijaya hanya seorang panglima perang biasa, hanya mantu kertanegara, namun kemudian derajatnya tertinggi setelah menjadi raja majapahit.

    Arya Dhamar, mungkin kakak atau ayah dari arya kenceng, tapi kedudukannya sebagai Wredha mentri dan kemudian menjadi Raja di palembang, derajatnya tentu lebih tinggi bahkan gajah mada sendiri menyebut sebagai “Tuannya”

    Arya kenceng, adalah adik atau anak dari arya dhamar, namun berposisi sebagai raja bawahan dari raja Bali.

    Namun beberapa generasi kemudian, Raja Bali sudah tidak punya kekuasaan seperti dulu sehingga masing2 raja di bali berkedudukan hampir setara

    Saat ini walaupun bernama Ida Bagus, Cokorda, I gusti, Anak agung
    kalau tinggal di BTN dan cuman jadi pegawai rendahan ya… sama saja sebenarnya tidak boleh mengagungkan derajatnya satu sama lain.

    mangku pastika, walaupun namanya made sekarang jadi Gubernur Bali
    (penguasa bali) ya tentu derajatnya menjadi tinggi, karena dimanapun pak mangku, di Puri, di Pura apalagi di kantor gubernur
    pasti duduk di tempat yang paling terhormat.

    Semua raja raja di bali yang tunduk kepada belanda, ya derajatnya jelas di bawah orang belanda….

    itu menurut saya lho, mudah mudahan nggak ada yang tersinggung….

    • Om Swastyastu,

      Vasudaivakutum bakam (Veda) Semua manusia dilahirkan bersaudara. Tat Twam Asi (Kamu adalah aku, aku adalah kamu).

      Sejak dahulu kala agama kita mengajarkan hak asasi setiap manusia itu sama. Tidak ada yang lebih tinggi, yang membedakannya adalah prilakunya (Attitude), tidak heran bila kini para ilmuan mengatakan “Attitude not upttitude will determine your altitude”. Sikap dan prilakumu yang menentukan derajatmu bukan kepandaianmu. Oleh karenanya kita diajarkan Tri Kaya Parisudha (berfikir baik, berkata baik dan berbuat baik), Tri Hita Karana (menjaga harmonisasi hubungan dengan tuhan, para dewa, leluhur, dengan sessama manusia dan dengan alam sekitarnya).

      Guna dan Karma (Bakat dan Profesimu) yang menentukan warnamu demikian dikatakan dalam Bhagavad Gita. Demikianpulalah dengan Pak Mangku pastika, walaupun beliau mesti jadi pembantu untuk bisa sekolah dulu, kini menjadi orang nomor satu di Bali. Beliaulah yang berhak menyandang varna KSATRIA.

      Jadi, oleh karenanya maka, sudah sewajarnya setiap orang menghargai orang lain, dan tidak menganggap dirinya lebih tinggi (egois,over confidence…). Namun senantiasa mengembangkan cinta kasih dalam setiap gerak pikir, kata dan prilaku…

      Made M.
      Abu Dhabi

  11. bagiannya yang ketiga masih ada yach???? kl msih ada tlong yach segera di upload…trims…

    • Om Swastyastu

      Inggih Pak Ditya… sebentar lagi akan kami upload..mohon maaf terlambat menanggapi…maklum jadi kuli…hahahah..

      Om Santih Santih Santih Om

  12. Om Swastiastu
    Ampura tityang sareng mabligbagin wacana puniki,tyang sependapat dengan Panji dan Gung Wah apa yang mereka utarakan atas dasar babad yang masih tersimpan di Puri Kerambitan maupun di Puri Tabanan.Kiyai Tegeh Kori adalah putra Arya Kenceng yang kemudian mendirikan Puri di selatan kuburan Badung tepatnya di Tegal kemudian pindah ke Mengwi Tani (Jero Gelgel) dan ke Tegaltamu Gianyar. Kyayi Tegeh Kori menyerahkan kekuasaannya kepada Kyayi Agung Notor Wandira karena KN Wandira masih keponakannya (putra dari Sri Magada Prabu).Saya rasa kita harus hati-hati menyatakan diri sebagai keturunan atau trah jangan hanya berdasar ucapan Balian atau munyin Baas.Keturunan Arya Kenceng masih mempunyai pedoman yang jelas tentang asal usul karena sampai sekarang peninggalan berupa Puri masih terlihat kemegahannya seperti Puri Satria(Denpasar),Pemecutan,Kesiman,Kerambitan dan Tabanan.Di puri masing-masing silsilah keturunan masih tercatat sehingga kami tahu nama-nama leluhur kamidengan jelas. Saya meragukan apakah yang menulis web ini tahu nama leluhur di atas kakeknya(kumpinya) kok berani mengaku keturunan Tegeh Kori? Suksema

    • Om Swastyastu,

      Suksma banget Pak Manik, sebelumnya walau agak terlambat perkenankan titiang mengucapkan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan, semoga nuansa Galungan dan Kuningan yang telah berlalu senantiasa menerangi jalan kehidupan kita kedepan. Kebenaran pasti akan menang. Bagaimanapun upaya orang untuk menutupinya. Dan semoga kita senantiasa mampu memenangkan pertarungan dalam diri.

      Pak Manik yang titiang hormati, sukma banget telah berkunjung dan berkenan urun rembug, mebligbagan.

      Rumasa sedih saya membaca postingan Bapak yang mengatakan: “Saya meragukan apakah yang menulis web ini tahu nama leluhur di atas kakeknya(kumpinya) kok berani mengaku keturunan Tegeh Kori?”

      Ini menunjukkan betapa konsulidasi diantara keluarga Tegeh Kori masih sangat lemah. Saling Curiga (warisan penjajah produk devide et in vera, masih mengakar)

      Seorang keturunan Tegeh Kori adalah seorang yang berpendidikan, berpengetahuan luas tidak sembarangan memvonis, mendahulukan Viveka dan Bukti, tidak asal ucap, karena setiap ucapan itu patut dipertanggungjawabkan di dunia maupun di sunya loka

      Apabila Bapak meragu dengan kami, silahkan berkunjung ke Desa Kami di Desa Tinggarsari (Blah Manukan dulu namanya). Di sana berdiri megah Pura Panti Tegeh Kori, kebetulan Buyut tiang (Kakeknya Kakek Tiang, atau Bapaknya Kumpi Tiang) adalah Sesepuh/Pemangku di Keluarga Kami. Dalam silsilah keluarga di Bali urutannya seperti ini pak: ANAK, BAPA, KAKEK, KUMPI, BUYUT, KELAB, CANGGAH, WARENG, KREPEK. Ketujuh Turunan ke atas ini wajib diketahui bila pingin tahu jalan mulih kembali ke Sunia Loka dengan benar.

      Kalo pingin lebih jelas lagi, berkunjunglah ke Pura Badung di Pengastulan, asal dari Buyut Tiang,

      Kalo pingin lebih jelas lagi datanglah ke Pura Gede Batur Sari- Pusat Kawitan Tegeh Kori di Desa Tonja – Badung. Di sana telah dipajang silsilah keturunan Tegeh Kori, jadi Pak Manik akan tahu.

      Maksud saya menuliskan kisah ini adalah agar seluruh keluarga Tegeh Kori dimanapun berada, memahami nilai-nilai luhur dari leluhurnya, Daya juangnya yang luar biasa, kepandaiannya, spritualnya, seimbang antara ilmu duniawi dan ilmu agama. Sehingga mampu meraih sukses di bidang masing-masing. Bukan untuk dipertentangkan atau yang lainnya.

      Keluarga Tegeh Kori jumlahnya banyak menyebar di seluruh Indonesia, bila mereka semua bersatu maju bersama, niscaya kesuksesan akan diraih seperti yang telah dicontohkan oleh Beliau Para Leluhur.

      Mohon maaf bila ada kata-kata kami yang tidak berkenan, kalo ada suatu kebaikan itu adalah karunia Hyang Widdhi, bila ada ketidak baikan atau kata-kata yang tidak berkenan itu murni karena kebodohan saya, mohon sudikiranya memaafkan…

      Om Santih Santih Santih Om

      Made Mariana
      Abu Dhabi – UAE

      • Banyak orang Bali skr ini mulai mengaku-ngaku keturunan ini itu utk menaikkan derajatnya dimasyarakat anak pan dan men anu ngaku keturunan ini itu info dari balian…paranormal kone…sadarlah wahai manusia bertobatlah…nikmati apa yg kau bawa sejak lahir…syukurilah jangan bikin kacau bali…biarkan Bali hiduk rukun seperti semula sesuai Tri Hita Karananya.

  13. Om Swastiastu
    Betul Pak Made tyang terlambat mengomentari,karena merasa terusik dengan pemberitaan Bali Post akhir2 ini dimana Wedakarna selalu membawa-bawa nama Tegeh Kori dan mengklaim diri sebagai raja Majapahit Bali. Apa yang sebenarnya dicari? Pembenaran atau Kebenaran? Sebelum memposting cerita/babad alangkah baiknya anda melakukan cross chek terhadap sumber2 babad itu. Babad Arya Tegeh Kori berhubungan dengan Babad Arya Kenceng(Arya Tabanan) dan Babad Dalem. Di kedua babad itu tidak ada diceritakan Arya Tegeh Kori sebagai putra Dalem. Arya Kenceng dg Dalem (Shri Kresna Kepakisan) adalah bersaudara ipar dan dalam satu periode masa. Dengan jelas diceritakan Arya Tegeh Kori adalah putra Arya Kenceng dan mendirikan puri di Tegal. Bila anda mengatakan beliau beristana di Tonja, adakah masih sisa-sisa purinya? Tyang harap Pak Made melanjutkan cerita/babad ini dan menceritakan siapa-siapa keturunan beliau (kalau itu benar dinastinya berkuasa selama 250 th). Kerajaan Badung didirikan oleh Kiyai Pucangan/Notor Wandira cucu Arya Kenceng keponakan Kiyai Tegeh Kori.

    • Om Swastyastu,

      Suksma banget Pak Manik, ampura ping banget, karena kesibukan jadi kuli, sehingga terlambat menulis, Ya Bapak benar sekali, apabila kita pingin tahu tentang suatu kisah, harus kita cek kebenarannya dari sumber-sumber yang sah keberadaannya tiang setuju, banget. Saat ini ada banyak babad beredar di masyarakat, seperti biasa babad biasanya ditulis disertai dengan kepentingan masing-masing, karena kita saat ini tidak menyaksikan kejadian-kejadian ribuan tahun silam, media yang paling bagus dipakai adalah dengan pendekatan diskusi seperti ini, sehingga kita saling mengenal diantara keluarga Ki Tegeh Kori, dan kemudian bersatu, membangun bersama, membangkitkan kembali nama baik Leluhur kita dengan berprestasi di bidang masing-masing.

      Sebagai orang yang berpendidikan tiang yakin Pak Manik sangat tahu bagaimana caranya untuk menunjukkan kebenaran dari suatu Babad, seperti etika dalam menulis bila ada tulisan di media masa atau di media maya yang tidak sesuai dengan data yang Bapak miliki, alangkah baikknya Bapak menulis juga kisah Babad itu dan Saya akan sangat senang sekali bila Bapak berkenan mengirimkan softcopy dari Babad yang Bapak miliki sebagai acuan dari pandangan Bapak, hal ini akan mengantarkan kita pada pemahaman yang benar.

      Mengenai bukti, sama seperti kerajaan Majapahit yang tersohor berpusat di Troulan, adakah peninggalannya yang menunjukkan keagungannya seperti Prambanan, atau Borobudur….? simak kisah selanjutnya untuk mengetahui tentang kisah Arya Kenceng Tegeh Kori, versi kami…. mohon sudikiranya Pak Manik juga menuliskan kisah versi Pak Manik….

      Adapun sumber yang tiang pakai adalah Babad yang disusun oleh Panitia Pura Dalem Benculuk yang merupakan rangkuman dari berbagai babad diantaranya:
      1. Babad Bali dari Bapak Made Sudirta
      2. “Prasasti” dari Keluarga Besar Arya Kenceng Tegeh Kori di Bongan Pala Tabanan
      3. “Babad Satria Taman Bali” oleh Bapak I Ketut Widia (Ketua Panitia Pura Dalem Benculuk)
      4. Pemangku Mrajan Arya Tegeh Kuri, Pengastulan
      5. Babad Tabanan, Babad Dalem Milik Ida Cokorde Gede Agung, Pura Kaleran Sukawati,
      6. Dll.

      Untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap dari versi yang tiang dapatkan, akan tiang lanjutkan dengan kisah Bagian 3, bagaimana kisah perjuangan dari Leluhur kami. Arya Tegeh Kori untuk tetap bertahan hidup walau berbagai badai menerpa….

      Untuk mengimbanginya tiang mohon sudikiranya Pak Manik dan semeton sami di sini yang merasa mengetahui kisah Leluhur kita untuk menuliskannya sehingga kita semua akan memiliki pemahaman yang benar.

      Lihatlah Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Resi, mereka sangat solid, demikian pula keluarga Pande mereka sangat solid. Kitapun bisa seperti mereka, asal ada kesadaran diri masing-masing….. mari kita bangun persaudaraan yang kokoh, lestarikan prestasi luar biasa yang pernah diraih Leluhur kita, kita buktikan Darah Biru kita dalam langkah nyata…yaitu memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, bagai alam ini dan bagi seluruh jagad raya ini…

      Om Santih Santih Santih Om

  14. swastiastu… bapak sane nulis di web perlu anda cek mengenai prasasti di bongan karna disana bukan keluarga Arya Kenceng Tegeh kori tapi keturunan Arya Benculuk,buktinya aja sewaktu Ida Cokorda Tabanan Mebiseka Ratu Beliau tidak ada disebutkan sebagai semeton puri trah Arya Kenceng.padahal beliau kan ditabanan,ke tegal tamu juga sudah tidak lagi. jadi klo anda ingin tahu sejarah yang benar tolong sesuai raja purana saja jangan berdasarkan buku yang di jual di pasar-pasar.perlu anda ketahui ” Kami Keturunan Arya Kenceng Se Bali Sudah Merangkum semua isi Purana kami yang ada di seluruh puri di bali ke dalam sebuah buku yang akan kami bagikan kepada semua keturunan Arya Kenceng sebali
    , dan itu sudah selesai di rangkum.dan maaf kami tisdak menemukan yang namanya Kyai Tegeh ( Arya Kenceng Tegeh Kori ) merupakan putra dalem. Mungkin yang anda maksud Arya Tegeh Kuri yang di berikan Dalem sebagai pengganti putra arya benculuk yang di bunuhnya karna menerima surak dari LOKA JAYA

    • om swastyastu..

      Suksma Pak Gung Wah… sampun ledang nyurat ring Blog titiang
      Selamat Kami ucapkan telah berhasil merangkum isi Purana Arya Kenceng Se Bali. Semoga segera terbit dan bisa dinikmati oleh para pencinta Babad. Terutama bagi para keturunan Arya Kenceng.

      Saya belum pernah ketemu dengan Pak Gung Wah… Apalagi Pak Gung Wah melihat saya membeli buku di pasar, tentu mengatakan bahwa saya menggunakan sumber buku dari pasar itu tidak benar. Pada awal tulisan tiang dan dalam berbagai tanggapan tiang sudah tiang jelaskan sumber dari tulisan tiang niki adalah Babad Arya Kenceng Tegeh Kori, yang merupakan hasil rangkuman dari babad di pura kami masing-masing persis seperti yang Anda dan keluarga Anda lakukan saat ini merangkung isi dari babad dari masing-masing keluarga/puri se Bali.

      Jadi bukan dari buku di pasar. Dengan Anda mengatakan bahwa “jangan berdasarkan buku yang di jual di pasar-pasar” berarti Anda tidak membaca tuntas tulisan tiang atau Anda menganggap hasil rangkuman kami (keluarga besar arya kenceng tegeh kori yang dibagikan saat karya agung di pura benculuk adalah buku pasar), tentu tidak mencerminkan sikap seorang yang dewasa dan berpengetahuan dan tak patut menyebut nama Arya Kenceng yang sangat agung, sangat bijaksana, sangat berpengetahuan dan mumpuni.

      Inilah salah satu kelemahan orang Bali, selalu meributkan kawitan, bangga dengan luluhurnya tanpa disertai dengan mewujudkan peninggalan leluhur dalam prilaku, sementara arus globalisasi terus menggerus dan semakin meminggirkan masyarakat Bali. Bali yang cantik dan penuh berkah menjadi berkah bangsa lain, orang lain (baca; bukan orang bali).

      Tiang disini menuliskan kisah dengan maksud untuk mengambil sisi positip dari nilai-nilai Luhur Arya Kenceng Tegeh Kori.
      agar nanti bisa kita gunakan sebagai senjata untuk menghadapi globalisasi, mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

      Adapun kalo babad Anda tidak memuat kisah itu, itu artinya Babad Anda yang tidak lengkap di satu sisi, adapun kalo Anda menemukan di Babad kami ada kekurangan, mungkin saja memang begitu, oleh karena itu salah satu tujuan kami menuliskan kisah ini adalah juga untuk bisa saling bertukar informasi dan saling melengkapi bukan saling menuding ini itu, apalagi mengatakan sumber yang lain adalah hasil belian di pasar. kalo mau jujur andapun bisa hidup karena ada pasar; jangan remehkan pasar. beli sembako (beras, gula, kopi, teh, tepung, dll) dari pasar, beli pakaian di pasar, beli bahan bangunan juga di pasar, kendaraan/transportasi di pasar. Saham/obligasi, juga beli dipasar. Bisakah anda hidup tanpa ada pasar….?

      Sekali lagi tiang ucapkan terima kasih Gung Wah telah menyediakan waktu untuk berbagi informasi, dan mudah-mudahan setelah hasil rangkuman purana Anda beres, berkenan pula berbagi kepada kita semua para pembaca budiman, sehingga wawasan kita lebih luas.

      Inggih kirang langkungne ampura, yening wenten sane becik nike wantah paican Hyang Parama Wisesa, yenning wenten sane tan munggah ring kayun nike sujakti pekardin belog titiang.

      Salam Sukses Selalu
      Made Mariana
      Abu Dhabi – United Arab Emirates

  15. Om Swastyastu

    Salam Hormat kepada pengasuh blog ini
    Saya gede agus Diana saking banjar jawa singaraja memohon ijin kepada pengasuh blog ini untuk menyampaikan beberapa pertanyaan namun sebelum itu saya mohon maaf jika ada kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan saya yang sekiranya kurang pantas atau lancang tertulis disini. Saya atas niat tulus pribadi dan tidak bermaksud untuk lancang serta mengakui apapun ingin mengajukan pertanyaan yang sangat berarti untuk tiang. Pertanyaan saya ini saya ajukan kepada Bpk Panji dan Bpk Agung yang tiang hormati sehubungan dengan tulisan Bpk Panji dan Bpk Agung diblog ini. Pertanyaan saya apakah Bpk Panji dan Bpk Agung memiliki informasi dalam bentuk apa pun baik silsilah keluarga dan yang lain terkait dengan Arya Kenceng yang hijrah ke singaraja?. Sebab jika piodalan di Merajan Di Buahan – Tabanan Kami sekeluarga selalu nangkil kesana. Tanpa maksud apa pun saya dengan niat yang tulus ingin mengetahui dan menyusun silsilah keluarga kami untuk keturunan selanjutnya agar tetap ajeg dan bakti kepada leluhur yang telah memberikan kehidupan yang sangat baik ini. Tetap tanpa maksud yang lain hanya bakti kami kepada leluhur sekiranya Bpk Panji dan Bpk Agung dapat membantu saya untuk tujuan ini karena saat ini saya sedang mengumpulkan informasi dari para pengelingsir di singaraja namun banyak dari beliau yang sudah wafat. Untuk itu saya dengan rendah hati dan tulus serta rasa hormat kami kepada saudara yang lain memohon bantuan informasi tentang Arya Kenceng yang hijrah kesingaraja. Sudi kiranya informasi tersebut sangat berharga buat saya jika berkenan Bpk Panji dan Bpk Agung nyampaikannya baik dalam blog ini namun alangkah baiknya dan saya sangat berterima kasih jika informasi itu bisa di email ke alamt email saya di gedeagusdiana@yahoo.com.
    Sekian pertanyaan saya sekiranya ada kata yang kurang berkenan saya mohon maaf dan kepada pengasuh blog ini atas perkenannya saya ucapkan terima kasih dan tidak menutup kemungkinan jika saudara-saudara yang lain yg memeliki informasi yang valid untuk tujuan saya diatas sekiranya saya mohon di bantu. Terima Kasih sebesar-besarnya semoga Hyang Widhi memberkati kita semua.
    Om canti canti canti om

    Hormat
    Gedeagusdiana

  16. Semeton sami,

    Senantiasa babad menarik dibicarakan, apalagi konon kabarnyanya babad bersangkutan terkait dengan leluhur kita. Dari tinjauan akademis, babad bukan sejarah, tapi bisa menjadi “sumber sejarah”, hati2 membacanya, harus bisa memilah mana sejarahnya, mana bukan, mana unsur2 politik melegetimisasi kekukasaan, pembenaran, pemitosan, serta banyak unsur “non sejarah” yg terkandung di dlmnya.

    Coba cermati artikel panjang berjudul ini (silahkan cari di internet): “Balinese babad as historical sources; A reinterpretation of the fall of Gèlgèl”, oleh Hellen Creese, seorang pakar babad. Juga pernah diangkat menjadi pidato pengukuhan Profesor Agung Gde Agung, “Babad Sebagai Sumber Sejarah.”

    Memuja babad, kadang membuat kita tergelincir pada kebanggaan masa lalu yang membuat kita “sombong”, tapi tak tahu babad bisa jadi juga membuat kita “bingung” tak tahu sejarah. Harus ada perimbangan.

    Sebaiknya kita menjalankan swadharma kita sekarang. Latar sejarah keluarga memang penting, tapi lebih penting berhasil menjadi “seseorang” tanpa perlu menjelaskan latar belakang keluarga kita.
    Mengkait2kan diri dengan orang besar di masa silam itu gejala ketiadaan identitas atau pencapaian di masa kini. Kalau sdh cukup nyaman dg hidup dan kehidupan yg diraih hari ini, kenapa kita kisruh dg masa lalu?

    Kalau sibuk membicarakan babad, apalagi sampai “sombong” merasa paling tinggi dstnya, sehingga memancing ketersinggunggan, yg rugi semuanya. Baik yg membuat tersinggung dan yg terpancing tersinggung.

    Orang Bali itu minoritas di negeri ini. Kalau sibuk dg sesama orang Bali urusan babad, yang berkuasa di Jakarta itu mecah belah jadi para “pemimpin partai lokal”. Semua puri dan jero jadi markas partai. Jual tanah jro atau puri buat kampanye. Akhirnya kita dibuat sadar, setinggih2nya per-arya atau gusti di Bali, akhirnya cuma bawahan penguasa/politisi Jakarta. Ini mirip dg Majapahit yg merintah Bali, semua arya diminta perang, yg berkuasa bangsawan Majapahit.

    Sekarang “Babad Indonesia” menyurat: Per-Arya di Bali telah jadi kaki tangan para penguasa Jakarta. Politik soroh dan wangsa di Bali banyak digosok2 oleh Pilkada-Partai serta kepentingan elit Jakarta. Sebaiknya per-Arya di Bali mulai memikirkan untuk merebut Jakarta, bukan sibuk saling sikut atau saling tinggiin di Bali saja. Megocoh sareng semeton.

    Siapapun yg meresa soroh Arya, mereka harus punya tanggungjawab memimpin masyarakat, berjuang untuk rakyat, menegakkan kebenaran, dan terjun ke masyarakat siap di garda depan, bukan sekedar menuntut kehormatan dari masa silam, tapi tak terbukti bersikap sebagai per-Arya. Jadi bukan hanya hak yg dilacak, tapi kewajiban yg harus ditanggung. Semua per-Arya berkewajiban ikut serta meneggakkan perannya sebagai Satria: Membela rakyat, berjuang menyejahtrakan rakyat.

    Jika kewajiban para Satria dan per-Arya itu tak kita tanggung atau emban, terus buat apa kita mengaku Satria? Per-Arya dilahirkan untuk berjuang di tengah rakyat, dg kerendahan hati, dg kerja keras, dengan senantiasa menjunjung kebajikan, pikiran jernih dan senantiasa menjaga hati nurani.

    Penegasan saya, dalam Babad atau silsilah keluarga, ada kewajiban kesatria dan tanggungjawab sosial yg diturunkan leluhur, dan ini tak banyak dibahas atau dipahami. Masyarakat pembaca babad sibuk mengagungkan diri (krn merasa keturunan tokoh besar), tapi lupa kewajiban menegakkan kebesaran masa lalu yg diraih leluhurnya.

    Semua orang Bali bersaudara, semua umat manusia tunggal dalam pikiran Tuhan.

    Salam dari Cakranegara,
    SL

  17. Yth Bapak Gede Agus Diana

    Pada tahun 1974, puri puri di tabanan, berkumpul dan membentuk panitia menyusun silsilah puri di Tabanan. Sumber sumber yang dipakai sangat banyak, baik usana jawa, usana bali, lontar di gedong kertya, lontar lontar di puri anom tabanan, puri kerambitan dan sebagainya…. (bukan catatan dari orang per orang). Pada prinsipnya dari semua lontar tersebut ada 6 lontar yang sesuai dengan lontar Babad Arya Tabanan, sehingga saat ini Lontar Babad Arya Tabanan dipakai sebagai acuan.
    Dalam babad tersebut, tidak pernah dijelaskan Arya Kenceng Tegeh kori adalah Putra Dalem, namun Arya Kenceng Tegeh Kori adalah Putra kandung Arya Kenceng, dari istri Nyai Tegeh, berbeda dengan Arya Tegeh Kori, yang merupakan putra angkat Arya Benculuk yang merupakan hadiah dari Dalem.

    Arya kenceng tegeh kori berkuasa di Badung, dan membuat puri di Tegal Badung, korinya sangat tinggi, sehingga di kenal dengan Arya Kenceng Tegeh Kori. Pada saat itu kemudian Datanglah Sirarya Notor Wanira, yang merupakan Putra Raja Tabanan, dari istri putri Bendesa di Kubontingguh, dan sirarya notor wanira lebih disayang oleh Arya Kenceng tegeh Kori, karena, cakap dan pintar. Pada beberapa generasi kemudian terjadi pertikaian antara Keturunan Tegeh Kori dan Keturunan Notor Wanira, yang dimenangkan oleh keturunan Notor Wanira, sehingga keturunan Tegeh Kori kemudian menyebar, salah satunya ada di Jero Agung Tegal Tamu, dan Jero Gede Pupuan di mengui, sebagian lagi berpencar sampai Negara dan Singaraja, banyak yang kemudian nyineb wangsa. Saya berasumsi anda adalah keturunan Arya Kenceng Tegeh Kori (hanya asumsi) mungkin untuk lebih jelasnya dapat konsultasi ke Jero Agung tegal Tamu, atau Jero Gede Pupuan, Mengui, atau ke Puri Tabanan. Kalau anda tangkil ke Batur Puri Tabanan dan Kubon Tingguh tentu sangat tepat, jika anda memang keturunan dari Arya Kenceng Tegeh Kori, dapat hubungi saya di panji@amanaid.com

    suksma

  18. Om Swastyastu

    Mohon ijin ikut gabung dalam pembahasan ini. Saya sangat terkesan dengan keinginan yang membalut hasrat dan dituangkan dalam blog yang sangat MENARIK UNTUK DI PERDEBATKAN INI. Saya sangat yakin seyakin yakinnya, bahwa; semua individu yang terkait dalam blog ini, baik itu sebagai penulis dan penanggap atau komentator adalah trah dari Dinasty Bhatara ARYA KENCENG yang KITA muliakan. Adalah Hakekat yang hakiki untuk memuliakan dan selalu menjunjung tinggi Warisan leluhur melalui KULIT duniawi yang semu tapi penuh makna dan khasanah nilai budaya, melalui garis keturunan tokoh ksatria yang turut memberi warna dalam pembentukan budaya adat istiadat terhadap perkembangan pulau Bali yang kita cintai ini.

    Perkenalkan Tiang Salah satu keturunan “BELIAU” dari Tabanan. Umur tiang SUDAH 25 tahun, tapi belum bisa mencari benang merah dari arti sebuah BABAD.

    Yang tiang mengerti adalah, KITA adalah SAUDARA, adalah bagian terkecil dari sebuah bagian cerita kehidupan, yang berjudulkan KEBESARAN DINASTY BATARA ARYA KENCENG. Yang mana cerita tersebut sudah membagi kita kepada swadharma kita masing2. Tiang mengamini bahwa Arya kenceng sudah bukan kepunyaan dari INDIVIDU ataupun kelompok yang berlabel A.A, A.A NGR, I.G.N, I.Gst. Tetapi harus disadari bahwa BELIAU sudah bercerita pada dunia, bahwa sebagaian kecil dari beliau adalah Hak dari individu atau pun kelompok yang berlabel WYN,MD,NYM,KT…bahkan IDW…maka dari itu, sadarilah bahwa kita adalah satu tetapi telah dibedakan melaui swadharma masing2.Hormatilah BELIAU dengan menghargai perbedaan tersebut. Hargailah BELIAU dengan Menempatkan beliau pada POSISI beliau sebenarnya tanpa dikurangi dan dilebihkan sedikitpun. Tetapi muliakanlah beliau semulianya. Janganlah merendahkan beliau dengan menempatkan beliau pada tempat yang setinggi-tingginya. Karena itu akan merobek2 tatanan cerita indah yang sudah beliau wariskan kepada kita……….

    Om canti, canti canti Om

    Salam Sejahtera,

    N.A

    • Om Swatyastu

      Suksma Natha Ambara.

      Demikianlah guna dan varna kita yang menentukan kwalitas kita. Demikian dikisahkan bahwa leluhur kita telah mampu menorehkan prestasi yang gemilang dibidangnya masing-masing.

      Seperti yang diceritakan oleh Ida Pandita Bhagavan Dwija, bahwa Gelar-gelar yang ada di Bali adalah hasil dari Rapat Penjajah Belanda yang telah mengalahkan Bali dengan para Raja Bali rikala Rahina Galungan tahun 1930 di Besakih. Jadi bagi mereka yang sangat mencintai Gelar-gelar itu mohon maaf itu sebenarnya adalah produk penjajah Belanda.

      Namun Bagi mereka yang berkeinginan untuk mengenang prestasi Leluhurnya yang telah mampu menjadi pemimpin-pemimpin Besar… Itu adalah sangat Baik dan mudah-mudahan mampu mencontoh Beliau dan berlomba berprestasi gemilang dibidang masing-masing.

      Marilah kita generasi muda, menjaga nama baik beliau dengan berprestasi di bidang masing-masing. Mari kita bangun suatu masyarakat yang bersatu dan berkwalitas tinggi. Sehingga mampu membasmi musuh yang bernama kemiskinan, kebodohan dan kemunafikan…

      Semoga semua niat baik akan menyatu menghasilkan produk kesuksesan, kedamaian dan keindahan.

      Salam

      Made M.

  19. Yang terhormat saudara saudara ku semua

    sebenarnya bukan masalah nama atau kebanggaan yang saya ributkan disini, coba baca baik baik babad Arya Kenceng Tegeh Kori yang di web ini……
    Kalau kita merasa warih Ida Betara Arya Kenceng, tentu kita menangis dan sedih, Leluhur kita dihukum (hanya karena bunga) menjadi pengurus kebersihan, dan di tawan di klungkung secara halus, buat saya itu yang sangat mengganggu …..
    dan secara logika (sudah saya terangkan dalam tanggapan sebelumnya) tentu tidak masuk di akal….
    Kita harus sadar, babad cenderung bersifat subjective, apalagi kemudian disususn beratus ratus tahun setelah kejadian berlangsung….
    Yang kemudian menyedihkan, bahwa babad diterima begitu saja tanpa mengcross check dengan babad yang lainnya, khan tidak masuk akal babad yang menceritakan tentang Raja Tabanan kok sumbernya dari luar, dan jelas jelas babad itu bertentangan dengan catatan babad di Tabanan, di Puri Puri Tabanan yang nota bene secara hirarki masih diakui keberadaannya khan konyol sekali,
    Bukan masalah siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, kita berbicara masalah sejarah yang pelik dan penuh intrik, saya akan ditertawakan orang kalau menulis sejarah Kerajaan Inggris berdasarkan catatan di Indonesia yang jelas jelas bertentangan dengan catatan asli yang ada di kerajaan Inggris
    Mohon di kaji….baik baik….

    Justru buat saya, yang sekarang sibuk mencari legitimasi dan membanggakan gelar adalah orang orang yang sering muncul di koran, menamakan Trah Tertentu yang mengklaim sebagai Raja Baru, dengan Gelar Baru…… dari mana, apa relevansinya dengan jaman sekarang ini?….buat saya hal ini lah yang memulai perdebatan ini….

    Semoga Damai di hati Damai di Dunia dan Damai selalu selamanya

    Panji Astika
    Puri Anom Tabanan

    • Om Swastyastu,

      Yth. Pak Panji,

      Sekali lagi, apa yang tiang tuliskan di Web ini adalah bersumber dari Babad kami yang sekarang telah diterbitkan menjadi sebuah buku dengan Judul: “Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan”. Yang ditulis oleh Drs. I Gusti Nyoman Suartha, seorang penulis kalender Bali, juga seorang akhli sejarah.

      Nah bila kita baca dalam sejarah disetiap kerajaan, selalu saja ada intrik politik, bahkan di dunia modern seperti saat ini, sebagai contoh Bung Karno sendiri menjadi korban Politik, jadi hal seperti ini bukan hal yang aneh dalah kehidupan ini.

      Saya sangat mengerti tidak ada satupun orang keluarganya ingin mengalami suatu musibah (salah satunya difitnah), namun siapa yang tahu kisah hidup ini…? kecuali Ida Hyang Parama Wisesa?

      Demikian pula dalam kisah yang kami tuliskan Beliau Arya Kenceng juga terkena fitnah dari Arya Pengalasan Jelantik..

      Pak Panji betul sekali, sejarah/babad/purana seringkali penulisannya subjective dan mengikuti kepentingan-kepentingan pribadi sang penulis, jadi ada kemungkinan juga di Babad/Purana bapak ada kisah atau kejadian yang tidak dituliskan.

      Contoh kecil saja tentang penyimpanan sejarah: “KISAH SUPERSEMAR”, apakah betul kejadiannya demikian? hingga kini masih misteri, itu kejadian baru puluhan tahun yang lalu, bagaimana dengan kejadian ratusan tahun silam?

      Bila kita ingin mendapatkan informasi yang lebih mendekati akurasi, kita mesti terbuka dari sumber-sumber luar, seperti kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara selain dari penemuan prasasti juga kita dapatkan dari catatan sejarah di Cina, dari perjalanan I-Tsing.

      Demikian pula kisang Maharsi Dharma Kirthi dari Sriwijaya/Swarnadwipa/Pulau Sumatra, kita dapatkan dari catatan sejarah di Tibet, bahwa Beliau mengajarkan spritual sampai ke India, dan Tibet, bukan saja di Nusantara, adakah catatan di Nusantara..? hingga kini Belum ditemukan.

      Demikian Pak Panji, semoga kebenaran senantiasa menemani kita, semoga kedamaian menjadi teman abadi dalam setiap kehidupan kita

      salam
      made m.
      Abu Dhabi.

  20. Yth Bp. Made

    itulah maksud saya, jangan hanya terpaku pada satu babad saja, harusnya di cross check dengan babad babad lain yang dapat dipercaya dan relevan, catatan i-Tsing tidak akan sampai pada masalah Arya kenceng dan Arya kenceng Tegeh Kuri, yang mencatat pastilah keturunan keturunannya, yang relevan ya tentu saja Puri Tabanan dan untuk Arya Kenceng Tegeh Kori, ya tentu saja Puri atau jero yang jelas merupakan keturunan beliau, bukan orang orang yang tidak jelas dan mengaku ngaku saja.

    Babad juga harus di cerna secara logika dan di bandingkan secara horisontal dengan catatan lainnya.
    Contoh dalam babad tanah jawa, jelas banyak sekali penulisan penulisan yang secara halus membenarkan kehancuran majapahit.
    Diceritakan Majapahit hancur karena serangan Tawon, diserang tikus dan Hantu yang berasal dari peti yang di bawa oleh Haryo Dhamar dari palembang.

    Kalau dicerna secara logika : tidak mungkin Majapahit hancur karena diserang tawon, dan tikus, itu hanya pengumpamaan saja dari sifat para Wali songo yang manis dimuka tapi menyengat dari belakang.

    Kalau di bandingkan secara horisontal pun Penyebutan Haryo damar yang merupakan ayah angkat dari Raden Patah juga salah, karena mereka berada pada masa yang hampir 200 tahun berbeda.

    I tulah maksud saya, jika hanya satu babad yang dipakai acuan pastilah babad itu akan benar, jika mau menulis tentang trah Arya Kenceng dan tegeh Kori, carilah pembanding di Tempat Yang Benar

    Salam Hormat

    Panji Astika
    Puri Anom Tabanan

    • Om Swastyastu,

      Yth. Bapak Panji.

      Ternyata Anda masih belum terbuka untuk menerima masukan dari luar sehingga dengan secara keji juga Bapak tega mengeluarkan kata-kata…..”bukan orang orang yang tidak jelas dan mengaku ngaku saja”……
      Ini adalah sebuah bukti bahwa Anda mau mengklaim kebenaran yang Anda tidak alami sendiri, tidak Anda saksikan.
      Hati-hati pak, setiap Pikiran, setiap perkataan dan setiap perbuatan akan membawa phahalanya masing-masing.
      Jangan sembarangan menuduh ini itu, sebagai seorang anggota Puri yang terpelajar mestinya terpancar dari kata-katanya. Bahkan Bapak tidak mengawali tulisan dengan salam “Om Swastyastu” ciri khas agama kita….

      Saya menggunakan contoh kisah kerajaan Nusantara itu tidak hanya didapatkan dari sumber-sumber di negeri sendiri, karena keterbatasan manusia, maka sumber luar pun mempertajam tentang bukti dari kebenaran adanya kerajaan di nusantara kala itu.

      Terimakasih atas saran yang Bapak berikan, silahkan Pak Panji baca kisah sejarah kami yang berjudul “Sejarah Dalem I Gusti Tegehkuri Kresna Kepakisan” Oleh Akhli Sejarah dan penulis Kalender Bali Bapak I Gusti Nyoman Suartha.
      Berikut saya copykan sedikit Daftar Pustakanya, menurut Bapak yang selalu menyarankan kebenaran, mohon dilihat ya, nanti Bapak Kasih Saran Juga, jangan hanya bisa mengatakan kebenaran tanpa Bukti Pak. Ini istilah Baline cara mekecuh marep menek… Bapak sama dengan yang bapak katakan sendiri…

      Daftar Pustaka: Ada 58 sumber berikut sebagian kecilnya saja, bahwa kisah Babad Arya Tabananpun jadi acuannya menulis.
      1. Ketut Putru: Babad Arya Dalem Benculuk
      2. Made Lila: Terjemahan Babad Arya Dalem Benculuk
      3. Ketut Soebandi: Pedanda Sakti Wawu Rauh, Asal Usul peninggalan dan keturunannya
      4. GEDONG KIRTYA: BABAD ARYA TABANAN
      5. dan seterusnya banyak lagi sampai no 32.
      33. Departemen Pendidikan & Kebudayaan: Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan
      ……dst… sampai 58 Buku dan Kitab dan Purana
      yang menjadi sumbernya…

      Jika Pak Panji ingin mendapatkan bukunya silahkan Hubungi Penulisnya dengan alamat sbb:
      Jl. Cempaka N0.12 Singaraja Bali
      emailnya: nyomansuartha52@yahoo.com

      Demikian Pak tanggapan saya, kalo ada yang tidak berkenan mohon maaf itu murni karena kebodohan saya, tapi kalo ada yang bermanfaat itu adalah hadiah dari Hyang Parama Wisesa

      Om Santih Santih Santih Om
      Semoga semua mahluk berbahagia dan sejahtera

      Made M./abu dhabi

  21. Yang terhormat Made M/Abu dhabi

    maaf kalau anda tersinggung,
    kenyataan nya memang begitu, banyak orang yang tidak jelas saat ini mengaku ngaku….
    Seperti saya sampaikan dahulu, saya juga terluka dan menangis membaca leluhur saya ditulis kan seperti itu.

    Saya baru menyadari ternyata wawasan saya sangat kurang karena baru mengetahui seorang tokoh bernama “I Gusti Tegeh Kuri Kresna Kepakisan”

    Dari nama tersebut saya baru sadar, saya sudah seharusnya tidak mengomentari blog ini lagi, karena membuang waktu saudara dan waktu saya sendiri

    Mohon maaf jika ada salah kata, salam hormat untuk semuanya

    Panji Astika

    Puri Anom Tabanan

    • Om Swastyastu,

      Suksma mewali Pak Panji. Inggih seperti yang saya selalu katakan bahwa penulisan kisah leluhur kami “I Gusti Tegehkuri”, keturunan Kresna Kepakisan, adalah sebagai bahan pembelajaran untuk mengaruhi kehidupan yang tidak pasti. Dengan bercermin dari masa lalu tentu kita bisa menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu, sehingga kita bisa menghemat waktu dan energi kita, mampu terus berprestasi seperti para pendahulu kita: ” I Gusti Tegehkuri”, “Arya Kenceng”, “Arya Damar”, “Gajah Mada”, “Kebo Iwa”, “Ki Pasung Grigis”, dll.

      Hendaknyalah kita didik masyarakat dengan menyertakan sumber-sumber (daftar pustaka) ketika kita ingin memberikan informasi, sehingga informasi yang sebenarnya bermanfaat tidak hanya menjadi opini.

      Semoga Babad/Purana Pak Panji sekeluarga yang telah berhasil dihimpun, segera terbit dan dibuka untuk khalayak ramai sehingga para murid sejarah, pencinta sejarah, akhli sejarah mendapatkan sumber baru, dan bisa juga diuji kebenarannnya.

      Mari kita berlomba untuk berbuat baik dan memberikan kontribusi pada peradaban ini dengan berprestasi di bidang kita masing-masing sebagaimana yang dilakukan oleh Leluhur kita, sehingga berkah lahir menjadi keturunannya bisa bermakna, dan nama baik keluarga bisa dipertahankan bahkan bisa ditingkatkan.

      Semoga dengan diketahuinya sejarah masing-masing, tidak menjadikan setiap insan seorang yang sombong, namun justru akan menjadi motivasi yang tinggi untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan ini.

      Mati adalah hal yang pasti, namun kapan dan bagaimana proses kematian kita adalah misteri, oleh karena itu saudaraku semua, mari kita isi waktu kita dengan selalu melakukan kebaikan, sebarkan kedamaian dilingkungan masing-masing…

      Om Santih Santih Santih Om
      Semoga damai dihati, di dunia dan damai selamanya.

      Made Mariana/Abu Dhabi

  22. Om Swastyastu
    Bapak semuanya mohon hubungkanlah babad itu kebabad yang lain karena setiap kali kita membaca babad bali hanya dari satu kisah saja kiranya akan sepenggal informasi yang kita dapatkan. jadi jangan membaca babad hanya dari satu kacamata saja atau dari sisi babad keluarga karena fatal akibatnya bila kita melupakan babad babad yang lain yang pada dasar nya satu dengan yang lain sangat berhubungan. jadi lebih seringlah membaca babad yang lain atau yang banyak atau bisa dipercaya dan disahkan oleh pemerintah dan di sahkan oleh saksi2 semua ada di gedong kertya singaraja. Sama halnya arya kenceng itu ada juga tercantum pada babad puri pemecutan,babad dalem sri kresna kepakisan. dan masih banyak lagi babad lain yang menjelaskan keberadaan arya kenceng di bali atau coba baca blog : http://www.sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/

    inggih suksma aturang tityang

    om santi, santi, santi om

    • Om Swastyastu,

      Suksma banget ring Pak Putu sampun ledang nyurat ring blog titiang. Inggih untuk mendapatkan pemahaman tentang masa lalu diperlukan sebuah riset, riset yang paling gambang dengan mengumpulkan data skunder dimana kita bisa menghubungkan berbagai babad yang ada seperti yang Pak Putu sarankan, dan jangan lupa juga ngambil sumber dari P&K (pemerintah) yang tentu juga sebelum diterbitkan telah mengalami banyak pengeditan…. dengan mengacu pada banyak nara sumber pula.

      Sejarah kami ini disusun mendasarkan pada 58 babad, baik koleksi keluarga, pribadi, perpustakaan, maupun pemerintah. Kritik dan saran yang konstruktif selalu terbuka utk kemajuan kita bersama.

      Santih…

      Made m.

  23. suksma sareng nimbrung
    ada juga yg perlu diluruskan bahwa kalo menyangkut nama seseorang dalam sebuah babad hendaknya diklarifikasi kpd yg bersangkutan.contoh Shri Arya Sentong bersentanakan PACUNG CARANGSARI, itu tidak ada nama seperti itu, bahkan nama carangsari itu ada sejak jaman BELANDA..jd ini sangat subyektif sekali..

    • Om Swastyastu,

      Suksma pak Gung…

      Semoga kebenaran menyinari kita semua, semoga kedamaian menjadi teman abadi kita selalu

      Santih…

  24. om swastiastu

    yth pak made

    saya bertrimakasih sekali atas tulisan tulisan pak made,tentang arya tegeh kori ini.

    suksma

    • Om Swastyastu,

      Suksma mewali Yudha, semoga bermanfaat.

      Salam Damai..

      Om Santih Santih Santih Om

  25. Om Suastiastu, Tyang jg berasal dr Desa Tinggar sari, apakah pak made anaknya Bibi Bakti,,,??

    • Om Swastyastu..

      Inggih tiang putra dari Jero Wayan Bhakti ring kapas jawa… suksma sampun ledang mampir ring blog titiang puniki

      santih
      Made m.

  26. kenkenan jani iraga ngajegang gumi baline,,yen nu ngajeng,,ngajeng timpal peturu bali ?

    • Om Swastyastu,

      Mari kita kembangkan cinta kasih di dalam diri kita masing-masing, kita aplikasikan ajaran Vasudaivakutum bakam, semua manusia dilahirkan bersaudara, ajaran Tat Twam Asi, toleransi dan saling menghargai… Perbedaan yang ada hendaknya untuk memperkaya pemahaman, persamaan yang ada hendaknya untuk saling menguatkan….

      Santih
      MM

  27. pak made,tulisannya di media hindu bagus sekali.lanjutkan pak

    • Om Swastyastu

      Terimakasih Pak..
      Semoga Hyang Widdhi asung kertha nugraha kekuatan, kesehatan, kecermerlangan dan kedamaian serta kesuksesan pada kita semua

      santih
      MM

  28. Om Swastiastu,
    Setelah membaca beberapa babad tampaknya ada yg keliru dalam cerita blog P Made. Arya Kenceng Tegeh Kori adalah peribadi yg berbeda dg Arya Benculuk Tegeh Kuri. AK Tegeh Kori adalah putra kandung Arya Kenceng mendirikan puri di Tegal Badung, sedangkan Arya Benculuk Tegeh Kuri adalah putra Dalem yg di serahkan kepada Arya Benculuk di Tonja setelah kematian putranya. Kehancuran dinasty Benculuk karena adanya serangan dari dinasty Badung (Arya Kenceng).Dengan adanya serangan inilah keturunan Tegeh Kuri menyebar keseluruh Bali ada yg mempertahankan pregustinya dan ada juga yg nyineb wangsa. Ada beberapa alasan yg menyebabkan beliau – beliau dulu nyineb wangsa; untuk mencari keselamatan biar tidak bisa dilacak musuh-musuhnya, agar bisa masuk suatu wilayah yg sudah dikuasai dinasty lain, atau ada beberapa wilayah yg tidak mengakui tri wangsa.
    Om shanti, shanti, shanti, Om
    Manik-Kerambitan

    • Om Swastyastu,

      Suksma atas masukan Bapak Manik tentang Bapak Keluarga Kami,
      Seperti yang tiang tuliskan sebelumnya bahwa, tujuan menulis Babad ini bukan untuk hal lain selain pembelajaran dari masa lalu untuk kemajuan dimasa kini. Babad pasti akan ada banyak versinya, silahkan Bapak menuliskan Versi Bapak, inilah versi dari Keluarga Kami

      Bagi kami Babad ini sangat sakral, pembacaannyapun dilakukan 6 bulan sekali ketika odalan di Mrajan, agar seluruh keturunan mengetahui bagaimana asal muasalnya, karena seperti kata Bung Karno JASMERAH (JANGAN LUPAKAN SEJARAH) agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dan juga agar kita bisa mengambil hal positip yang bisa diteruskan…

      Mohon maaf telat menanggapi karena kesibukan menjadi kuli di negeri orang…
      Semoga Bapak Manik sekeluarga sehat, sukses dan berbahagia selalu

      santih
      MM

  29. Om Swastyastu,

    Lanjutkan tulisannya pak Made, agar generasi berikut bs mentauladani sikap-sikap positif para ksatrya terdahulu. Apabila kita masih bersikukuh pada prinsip sndiri(egoisme), menutup diri dari informasi luar, maka kebodohan akan menutupi fikiran kita. Mari kita gali informasi sbanyak mungkin dari berbagai sumber.

    Om Santhi Santhi Santhi Om

    • Om swastyastu,

      Inggih sujakti Bapak, nike wantah tetujon titiang belajar untuk menggali nilai-nilai luhur dari para pendahulu kita yang tidak kalah hebat dengan para pendahulu dari Barat, dengan belajar dari leluhur kita akan lebih paham siapa diri kita bagaimana kita mencapai levitasi dalam kehidupan ini untuk kesuksesan bersama. Mari kita latih diri untuk mengimplementasikan kasih dalam setiap gerak pikir, kata dan laku kita, semoga kedamaian, kesuksesan dan kebahagiaan akan menjadi sahabat kita semua….

      santih
      MM

  30. Om Swastyastu,

    salut pak made….agar generasi penerus bisa menteladani sikap positif para ksatrya terdahulu. suksma

    Om Santhi Santhi Santhi Om

    • Om swastyastu

      Suksma Pak Arghamanik telah berkunjung ke Blog kami, inggih semoga kita bisa belajar dari masa lalu, untuk merenda masa depan yang lebih cerah, dan bisa fokus pada masa saat ini….

      santih
      MM

  31. y

  32. om awastiastu…
    tityang salah satu warih Ida Bthara Dalem Benculuk Tegeh Kuri di Negara Jembrana memohon penjelasan atau informasi dari siapa saja yang bisa dan mengetahui mengenai keturunan Ida Bthara Dalem Benculuk Tegeh Kuri yang pertama datang ke Jembrana khususnya ke Negara. suksema…

  33. Om Swastyastu
    Pak Made, niki sekedar informasi telah terbit buku Perjalanan Arya Damar dan Arya Kenceng di Bali yg disusun oleh Tim Sejarah Yayasan Kerti Budaya ini merupakan rangkuman dari Raja Purana yg tersimpan dari puri2 keturunan Arya Kenceng baik Dinasty Tabanan, Badung dan Arya Kenceng Tegeh Kori. Buku ini mendapat sambutan dari Gubernur Bali, sambutan dari Lembaga Pengamatan Penelitian Keraton2 Se-Indonesia, dari Ketua Bali Heritage Trust, maupun dari penglingsir Puri2 di Bali. Buku ini bisa didapatkan di toko buku Gramedia, ada baiknya Bpk membaca buku ini sebagai pembanding dari Babad yg bpk ceritakan dalam blog ini. Perlu juga bpk membaca babad Arya Tangkas (Benculuk) karena dalam babad inilah ty temukan bahwa Dalem menghadiahkan anak kepada Arya Tangkas setelah anak kandungnya terbunuh. Dalam buku yg tyang sebutkan tadi juga ada diceritakan pada masa Kyai Anglurah Tegeh Kori IV pernah mengasuh putra Dalem Sagening (1580-1620) yg bernama Dewa Manggis Kuning, beliau inilah yg akhirnya berselingkuh dg istri Tegeh Kori IV sehingga beliau melarikan diri dari Puri Tegeh Kori menuju Gianyar dan selanjutnya mendirikan Puri Gianyar.(hal 100)- sesuai dg sejarah Gianyar. Dinasty Benculuk dihancurkan oleh Puri Kesiman (masih keturunan Arya Kenceng-dinasty Badung). Perlu kita sebagai generasi penerus mencerna dan berfikir ulang tentang penulisan yg mungkin saja keliru agar kedepannya kita tidak keliru dalam memuja Leluhur. Inggih amunika dumun saran tityang semoga kita menemukan kebenaran yang sejati.
    Om Santi Santi Santi

    • OM Swastyastu,

      Inggih suksma informasinya, betul sekali, semakin banyak sumber semakin bagus, semoga titiang bisa memilikinya

      santih
      Made M.

    • lho kok keturunan tangkas kori agung dibawa bawa,sejarahnya kan beda di puri kerthalangu,cek ke gegumukannya beliau di bali tek dekat jembatan di kesiman,masih alami loh tempatnya tenang bgt,matur suwun

  34. Om swasti astu.

    Menurut saya BABAD=BEBED=IKAT/MENGIKAT. Ini sudah tentu akan mengikat keberadaaan kita karena akan memunculkan fikiran fikiran yang cendrung kontradiktif bahwa kita yang paling tinggi, mereka lebih rendah, kita yang paling baik mereka yang jelek dan sebagainya.

    Yang jelas kita adalah semua bersaudara dan berbangsa satu Bangsa Indonesia.

    Kirang langkung nunas ampura.

    Agung Panji Sibang

    • Om Swastyastu,

      Inggih sujati: Vasudaiva Kutum Bakam (Veda) artinya; Kita semua bersaudara
      Tat Tvam Asi: Kamu adalah aku, aku adalah kamu, kalau aku menyakitimu sama dengan aku menyakiti diriku sendiri. Kalo aku menyayangimu sama dengan aku menyayangi diriku sendiri.

      Santih
      Made M.

  35. om swastiastu,

    Saya baru tahu ternyata ad banyak versi cerita tentang Arya Kenceng Tegeh Kori, saya yakin di suatu tempat pasti ada saja perselisihan karena berbedanya cerita yg di dengar (salah satunya di tempat saya sendiri). Sejarah bukan ilmu pasti jadi jika ada jalan cerita yang berdeda mari kita sama” memaklumi. Kita semua bersaudara jangan sampai kita berselisih karena sebuah sejarah….suksma

    Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

    • om swastyastu,

      Iya betul sekali, kita semua bersaudara, jangan sampai berselisih karena ada perbedaan. Perbedaan yang ada hendaknya digunakan untuk memperkaya informasi dan pengetahuan. Salah satu tujuan dibuatnya Blog ini adalah untuk berbagi, untuk pembelajaran bersama, maju bersama meraih cita-cita… maju bersama untuk meningkatkan kehidupan masing-masing dan kehidupan umat manusia…

      Santih
      MM

    • Om Swastyastu,

      Karena peristiwa sejarah ini terjadi sudah sangat lama, dan kisahnyapun sangat unik jadi wajar bila ada perbedaan. Perbedaan ini hendaknya jangan menjadi bumerang pemecah belah persatuan. Tapi sebaliknya menjadi wahana untuk sharing ilmu dan pengetahuan. Dengan perbedaan yang ada mari kita jalin, kita gali lebih dalam informasi sehingga kedepannya pemahaman kita menjadi lebih luas.

      Perbedaan membuat kita lebih bertumbuh. Dengan adanya sharing informasi kita akan semakin dekat, dan semakin mengenal semeton kita, oh ternyata ada banyak semeton kita yang tersebar di seluruh nusantara bahkan hingga ke manca negara.

      Semoga dengan awal dimuatnya tulisan ini bisa menjadi katalisator, menjadi pemicu untuk kemajuan kita bersama. Menjalin tali persaudaraan semakin kuat diantara para semeton dan bisa maju bersama meraih kebahagiaan baik di dunia (dalam profesi masing-masing) maupun kelak setelah meninggalkan dunia ini.

      Rahajeng, Agung, semoga kasih dan kebenaran menjadi dasar setiap kita melangkah, berkata dan berfikir

      Santih
      Made M/Abu Dhabi

  36. Om Swastyastu

    Babad ini sungguh menarik bagi tyang yg minim wawasan mengenai sejarah Bali bgitupun diskusinya..
    tp mnjadi tidak mnarik ktika tyang perhatikan ada klaim saling menyalahkan dan melakukan pembenaran diri (Ego). berdasarkan Ilmu sejarah, “Sejarah ditulis oleh pemenang”,Begitupun yg terjadi pada sejarah Indonesia (contoh pd sejarah yg dibuat pd jaman orda baru) banyak sekali penyimpangan sejarah sedangkan pelaku sejarahnya masih banyak yg hidup. Apalagi ini tentang Bali yg ceritanya mengenai sejarah berpuluh abad yg lalu yg saksinya mustahil untuk ditemui. dalam arti lain kebenarnnya 100% tdk mutlak hanya Ida Shang Hyang Widi Wasa lah bagi tyang yg mutlak kebenarnnya.
    singkat kata yg saya harapkan dr blog ini adalah diskusi sehat yg mampu memberikan penambahan wawasan/ mnjadikan acuan pembanding bagi pembaca yg lainnya seperti halnya saya, bukannya melahirkan sekat yg saling membanggakan trahnya masing2!!!
    Matur Suksma

    Salam ajeg Bali (dalam artian sesungguhnya)

    Om Santi Santi Santi Om

    • Om Swastyastu,

      Suksma bangett Gus Putu.
      Demikianlah adanya, tidak ada kebenaran yang mutlak, selain Tuhan Yang Maha Esa. Babad ini ditulis dengan tujuan untuk pembelajaran, mengambil nilai-nilai positip yang bisa kita implementasikan pada kehidupan nyata, bahwa dimasa lalu banyak para pendahulu kita mampu menorehkan tinta emas dalam perjalanan hidupnya. Tidak mengulangi kesalahan yang terjadi di masa lalu.

      Kita sebagai generasi penerus hendaknya mampu melanjutkan tradisi untuk berprestasi dibidang masing-masing. Belakangan karena adanya berbagai versi babad yang kadang malah saling bertentangan, maka diskusi menjadi kian menarik. Perbedaan ini menjadi bukti bahwa sejarah atau babad ditulis sangat subjectif tergantung siapa yang menuliskannya, dan siapa penguasanya saat itu.

      Marilah kita bersatu belajar bersama, mengajegkan Bali.

      Santih
      Made M

  37. OM Swastyastu
    Dengan ini kami permaklumkan kepada para semeton bahwa Tim 11 PANDBTK kini sedang merampungkan sebuah buku sejarah tentang leluhur kita Ida Bhatara Tegehkori (Dalem Benculuk Badung), dengan bahan/referensi yang lengkap dan di-back up data dari Negeri Belanda. mudah-mudahan bisa tercetak sebelum puncak upacara piodalan ageng di pura kawitan kita Pura Dalem Benculuk di Tonja (3/IX/2012) yad.
    Buku sejarah ini disusun untuk kepentingan Yadnya dengan mengungkap fakta secara apa adanya saja. Sifatnya juga bukan merupakan sebuah buku karangan.
    Untuk maklum atas kebaikan idane Made Kundi tityang sudah berkunjung dan merekam jejak sejarah DBTK di Desa Petemon dan Desa Tinggarsari, bertemu dengan beberapa pengelingsir dan semeton Tegekori di kedua desa itu. Kepada semeton tityang Made Mariana, secara khusus tityang nyatakan bahwa tityang amat mengapresiasi seluruh materi blog beserta pabligbagan ini. Kegigihan idane berargumentasi dengan jiwa dan semangat yang amat stabil sungguh tityang banggakan. Dane memiliki ciri keturunan para brahmana sekaligus kesatria sejati (trah dalem). Prilaku seperti Made inilah yang pantas diteladani, masih muda namun memiliki wawasan yang luas serta integritas yang tinggi terhadap Kawitan yang disungsungnya.
    Mohon dukungan para semeton di mana pun berada/bekerja semoga buku yang akan kita bersama terbitkan itu bisa rampung sesuai agenda. Semoga ida dane para semeton senantiasa menemui keselamatan, rejeki yang berlimpah, rukun dan damai selalu.
    Rahayu tat astu astu . .

    • Om Swastyastu,

      Suksma banget Semeton IGN Suartha, atas apreasiasinya. Semoga rencana baik Bapak dan team berjalan dengan sukses. Kami dari mendoakan semoga semeton kita semuanya, meraih kesuksesan, pencerahan, kedamaian dan kesejahteraan.

      Santih
      Made M.

  38. Kontradiktif adalah hal yang wajar…kalo opininya seperti tsb diatas, ada yang menyinggung, nyeleneh ngaku kadi aku….kita sebagai orang bali akan menjadi bahan tertawaan dan akan dijadikan kesempatan untuk menerapkan devide at impera Belanda sehingga Bali akan tambah dikuasai orang2 luar bali yang tentunya mempunyai berbagai macam kepentingan dengan bali. Ayolah semeton titiang sareng sami duduk bersama…samakan persepsi sehingga semeton2 kita yg masih dalam proses mencari kawitan leluhur tidak tambah bingung, klo semeton kita bingung merekapun kemungkina akan bertambah tersesat. berilah mereka petunjuk seperti matahari menyinari dunia betapa luhur dan mulianya kita klo semeton kita menemukan jati diri mereka jangan mengucapkan kata2 yang bersifat provokatif.
    Suksema

  39. suksma atas dimuatnya beberapa babad perjalanan Arya kenceng,tapi mohon di informasikan bagaimana sejarahnya sampai ada keturunannya di Desa Gubug Tabanan,

    Suetra

Tinggalkan komentar